Bisnis.com, JAKARTA—Menyusul serangan siber terhadap studio film Sony Entertainment yang membuat percakapan elektronik antara pimpinan Sony Amy Pascal dengan beberapa orang dibobol dan disebarluaskan ke umum, para eksekutif dunia mengaku enggan menggunakan surat elektronik lagi.
Padahal, beberapa tahun belakangan mengirim pesan lewat email menjadi moda komunikasi pilihan, baik karena manfaat maupun karena mobilitasnya.
Namun kini banyak eksekutif industri yang mengkhawatirkan peretasan email seperti terjadi pada eksekutif Sony itu.
"Setiap orang dan perusahaan kini di bawah ancaman (serangan siber)," kata konglomerat media Mark Cuban. Sedangkan seorang pengacara top berkata, "Kini saya takut menulis email, email apa saja."
Produser film "Divergent", Douglas Wick, yang menjadi orang pertama yang membela Amy Pascal, mengakui, "Saya berhenti menekan (fitur) send (kirim) pada beberapa email pekan lalu."
Tetapi kaum muda yang dibesarkan bersama berkembangnya email dan media sosial malah mengatakan risiko diretas adalah bagian dari kehidupan modern.
Sejumlah orang lainnya menyarankan cukup menghapus apa pun yang dianggap bakal merusak atau mengganggu, namun menghapus email juga tidak serta merta memupus jejak email.
Buktinya, dari sekitar 73.000 pesan dalam inbox email Pascal yang dibobol dan disebarluaskan para peretas mengaku diri Guardians of Peace (Pengawal Perdamaian) itu sudah termasuk pesan-pesan yang sebenarnya telah dihapus Pascal.
"Saya bilang pada klien-klien saya bahwa kalian harus mengasumsikan apa pun yang kalian tulis di email suatu hari akan menjadi berita besar (tersebarluaskan)," kata Hemu Nigam, mantan CSO News Corp dan Fox Interactive Media.
Dia menambahkan, pesan-pesan email yang sudah dihapus sebenarnya tidak benar-benar hilang dan kerap tersimpan dalam arsip.
"Anda boleh saja memakai password, tapi peretas akan menemukan cara untuk menerobosnya," kata dia.