Bisnis.com, BEIJING – Kendati baru saja menetapkan pelonggaran moneter melalui pemangkasan suku bunga, indeks manufaktur sementara (preliminary index)China masih berada di level rendah pada Desember.
Indeks manufaktur (purchasing manager’s index/PMI) China yang dipublikasikan HSBC/Markit Economics berada di lebel 49,5 pada Desember, melambat dari bulan sebelumnya 50,0 sekaligus lebih rendah dari estimasi ekonom 49,8.
“Perlemahan indeks manufaktur ini dikarenakan China tengah menggeser model pertumbuhan ekonominya menjadi serviced-based consumption yang menyebabkan pertumbuhan melambat,” kata ekonom Yale University, Stephen Roach di Hong Kong, Selasa (16/12).
Sementara itu, data perlemahan indeks manufaktur telah meningkatkan spekulasi bahwa Negeri Tembok Raksasa membutuhkan stimulus tambahan. Ekonom Credit Agricole CIB, Dariusz Kowalczyk menilai pengambil kebijakan harus segera mengambil tindakan.
“Data ini menegaskan bahwa perekonomian mungkin akan mengalami soft landing meski perlambatan tidak merosot signifikan,” kata Dariusz.
Dariusz menyampaikan bahwa meski tengah mengalami tekanan, sektor manufaktur China masih mampu berkompetisi di lingkup internasional mengingat biaya tenaga kerja (labor cost) terkendali di bawah 12%.