Bisnis.com, JAKARTA-–PT Jakarta Old Town Revitalization Corporation (JOTRC) menargetkan proses revitalisasi 26 gedung di Kota Tua Jakarta akan selesai dalam dua tahun. Ke-26 gedung yang direvitalisasi tersebut tersebar dalam 9 titik yang telah ditetapkan dengan pemerintah .
“ Dalam revitalisasi ini, kita harus menghidupkan lagi spirit atau jiwa Kota Tua yang terdiri dari tiga elemen. Sebagai simbol kekuatan, simbol kemanusiaan, dan simbol pendidikan dan kebudayaan,” ujar CEO JOTRC Lin Che Wei saat diskusi Jakarta On The Move di Erasmus Huis, Selasa (09/12).
Dia menambahkan, Kota Tua yang didirikan oleh VOC sejak abad ke-16 ini didesain sebagai salah satu kota ideal simbol peradaban maju, dengan adanya kali yang membelah bagian-bagian kota.
Nilai sejarah yang terdapat dalam Kota Tua menjadikannya tak hanya sebagai kekayaan budaya Indonesia saja, tetapi juga dunia.
Rencananya, pihaknya akan menyulap Kota Tua menjadi destinasi wisata premium yang hidup dengan aktivitas kesenian dan kebudayaan. Beberapa gedung akan dijadikan galeri seni rupa, gedung pertunjukan, dan fasilitas yang dapat mendorong bangkitnya ekonomi kreatif modern di Kota Tua.
Meski enggan menyebutkan besaran dana yang dikeluarkan untuk proses revitalisasi ini, namun pihaknya membeberkan target menyediakan hingga 11.400 lapangan kerja baru di bidang ekonomi kreatif . Dia juga menggandeng arsitek senior Han Awal, peraih penghargaan International Award of Excellence UNESCO atas jasanya dalam pemugaran Gedung Arsip Nasional.
Di lain pihak, sosiolog Imam Prasodjo menekankan pentingnya pemetaan sosial dalam setiap proses pembangunan di Indonesia.
Dengan melakukan pemetaan sosial, masyarakat yang tinggal dan menggantungkan hidupnya di tempat pembangunan akan lebih merasa dihargai karena diajak terlibat dalam pembangunan tersebut.
“Social mapping menjadi sangat penting untuk melakukan engagement.Proses pembangunan jangan melulu top to bottom. Jangan sampai memarjinalkan peran orang,” ujarnya kepada Bisnis.com.
Dia menyarankan, para pengembang hendaknya melibatkan beberapa tokoh masyarakat untuk diajak berdiskusi dalam proses pembangunan.
Meski hal ini akan memakan waktu lebih lama, namun dia yakin dialektika ini mampu mengurangi ketegangan yang kerap timbul antara para pengembang dan masyarakat setempat.