Bisnis.com, BEIJING - Pemerintah China disarankan untuk menetapkan target pertumbuhan ekonomi 7% tahun depan, setelah negara itu menolak untuk mengikuti saran ekonom untuk memangkas pertumbuhan tahun ini yang ditetapkan sebesar 7,5%.
Kelompok diskusi think-tank ekonom yang rutin diadakan otoritas fiskal China mengungkapkan pada 2015, China diminta untuk tidak terlampau ambisius, seiring keinginan negara itu untuk tumbuh berkelanjutan. Adapun, kelompok thinktank ini dikenal berpengaruh dalam menentukan arah kebijakan pemerintah.
“Kami merekomendasikan target pertumbuhan di kisaran 7%, dengan target inflasi sebesar 3%. Adapun dari sisi ketenagakerjaan, pemerintah harus mampu menciptakan 10 juta lapangan kerja tahun depan,” ungkap ekonom State Information Centre, Zhu Baoliang di Beijing, Selasa (9/12/2014).
Selain itu, Baoliang memprediksi pemerintah akan menetapkan defisit anggaran 3% terhadap produk domestik bruto tahun depan, lebih tinggi dari tahun ini 2,1%, untuk menyediakan ruang bagi pemerintah menjual obligasi.
Adapun, pengambil kebijakan China akan mendiskusikan roadmap ekonomi dan rencana reformasi untuk 2015 pekan ini. Menolak untuk memangkas target 7,5%, tahun ini China diprediksi untuk pertama kalinya akan gagal mencapai target pertumbuhan sejak 1999.
Dalam pertemuan Central Economic Work Conference tersebut, para ekonom meyakini selain menyusun kebijakan moneter dan fiskal tahun depan, pengambil kebijakan juga akan membahas langkah-langkah untuk menangkal perlambatan.
Jika tidak mencapai target 7,5%, artinya Negeri Tembok Raksasa akan tumbuh di tingkat paling lemah dalam 24 tahun. Pemangkasan target pertumbuhan terakhir dilakukan China pada 2012, menjadi 7,5% dari sebelumnya 8%.
“Tingkat pertumbuhan 7% itu sudah sesuai, meski pertumbuhan sepertinya bisa lebih rendah dari 7%. Semoga tidak ada persoalan-persoalan serius seperti ketenagakerjaan dan default utang,” kata seorang ekonom dari Chinese Academy Social Sciences (CASS).
Ekonom yang enggan namanya dicantumkan tersebut menyampaikan sebenarnya Perdana Menteri Li Keqiang telah mengisyaratkan bahwa pemerintah menoleransi pertumbuhan di kisaran 7% dengan menyampaikan bahwa meski China tumbuh 7%, itu merupakan pertumbuhan tertinggi di dunia.