Bisnis.com, BEIJING -- Surplus perdagangan China menggapai level tertinggi pada November 2014 menyusul penurunan impor yang terdampak oleh penurunan harga minyak dunia dan harga komoditas.
Kantor Administration General of Customs (AGC) China melaporkan ekspor China meningkat 4,7% (year-on-year) pada November, lebih rendah dari estimasi rata-rata ekonom yang disurveiBloombergyaitu naik 8%. Di saat yang sama impor terkoreksi 6,7%, jauh dari proyeksi ekonom yaitu naik 3,8%, menyisakan surplus perdagangan US$54,47 miliar.
Kenaikan surplus tersebut diprediksi akan terus berlangsung karena penurunan harga minyak dunia ke level terendah dalam lima tahun. Ekonom menilai, jika dimanfaatkan dengan maksimal, penurunan harga minyak dunia akan mampu berkontribusi signifikan terhadap pertumbuhan.
Sepertinya peningkatan surplus perdagangan akan terus berlangsung karena harga minyak dunia konsisten mengalami penurunan, ungkap ekonom Bank of America Corps, Lu Ting di Hong Kong, merespons data perdagangan.
Lu Ting menambahkan, penurunan harga minyak dunia yang secara langsung menyebabkan penurunan harga komoditas juga menyediakan ruang bagi pengambil kebijakan jika harus kembali melonggarkan kebijakan.
Seperti diketahui, Peoples bank of China (PBOC) akhir bulan lalu memangkas tingkat suku bung a 0,4 persentase poin ke level 5,6%, merespons data yang menunjukkan perlemahan indeks harga konsumen dan produsen.
Kendati surplus menyentuh rekor, penurunan ekspor juga menjadi kabar buruk pengambil kebijakan China mengingat negara itu sedang berupaya menggeser mesin pertumbuhan dari investasi ke konsumsi.
Dalam pernyataan yang dipublikasikan melalui situs resminya, AGC memprediksi ekspor China masih akan terkoreksi di sisa tahun ini dan awal 2015 mendatang.