Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

G-20: Tiga Hal Ini Jadi Bahasan Utama Pertemuan di Australia

Agenda-agenda utama yang dibahas merupakan persoalan utama dunia yang dinilai harus menjadi kewaspadaan setiap pemimpin negara-negara G20.

Bisnis.com, BRISBANE – Pertemuan negara-negara Group 20 (G-20) di Brisbane, 15-16 November tahun ini membahas beberapa poin penting.

Agenda-agenda utama yang dibahas merupakan persoalan utama dunia yang dinilai harus menjadi kewaspadaan setiap pemimpin negara-negara G-20.

Pertama, mengenai pertumbuhan ekonomi

Seperti diketahui, negara-negara G-20 berkomitmen untuk mencapai target tambahan pertumbuhan 2,1% dalam 5 tahun.

Sebagai penyumbang 85% produk domestik bruto dunia, kerjasama negara-negara G-20 merupakan kabar penting bagi dunia.

Selain itu, negara-negara G-20 juga berperan dalam 80% aktivitas perdagangan global.

“Tambahan pertumbuhan tersebut akan menambah US$2 triliun perekonomian global dan menciptakan jutaan lapangan kerja,” ungkap komunike yang dipublikasikan setelah pertemuan G-20, Minggu (16/11/2014).

Saat ini, perekomian dunia tengah berada dalam tahap pemulihan. Sejumlah peristiwa dinilai masih akan menjadi penghambat pertumbuhan ekonomi global seperti masih lesunya negara-negara Eropa, penurunan harga komoditas dunia, dan krisis geopolitik Rusia dan Ukraina.

Sejumlah hambatan inilah yang dibahas para petinggi negara-negara G-20. Mereka menyatakan komitmennya untuk menggenjot pertumbuhan dalam negeri masing-masing untuk mendorong pertumbuhan global.

Sebelumnya, utusan Sherpa Indonesia untuk pertemuan G-20 Mahendra Siregar menyampaikan Indonesia harus menangkap peluang besar mempromosikan visi pertumbuhan berkelanjutan, mengingat reformasi struktural Indonesia juga membutuhkan aksi global.

Dia menyebutkan, setidaknya ada 3 dari total 9 program ekonomi utama Presiden Joko Widodo yang sejalan dengan program yang disusun organisasi G-20.

Pertama, meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan melalui pendidikan dan kesehatan.

Kedua, meningkatkan produktivitas dan daya saing di level internasional melalui pembangunan infrastruktur, dan ketiga, memperkuat sektor-sektor strategis seperti pertanian, energi, inklusif finansial, dan peningkatan penerimaan pajak.

Berikut beberapa poin penting yang juga disampaikan Jokowi dalam pidatonya di Brisbane.

Pertama, peningkatan daya saing nasional melalui proses penyederhanaan perizinan investasi dan membentuk layanan one-stop-service nasional.

Kedua, meningkatkan tax ratio terhadap GDP menjadi 16%, dari sekarang yang masih di bawah 13%.

Ketiga, mengurangi beban subsidi bahan bakar minyak dan memindahkan alokasi subsidi tersebut untuk pembiayaan infrastruktur.

Keempat, meningkatkan infrastruktur sosial, yaitu pembangunan kualitas manusia.

Pembahasan kedua yaitu mengenai perubahan iklim.

Perubahan iklim dunia diyakini amat memengaruhi pertumbuhan global.

Negara-negara dengan tingkat polusi tinggi seperti Amerika Serikat dan Australia menyepakati bahwa dalam pertemuan-pertemuan mendatang, perubahan iklim akan tetap menjadi isu pembahasan utama.

Dalam komunike, pemerintah negara-negara G-20 menyatakan berjanji akan mengupayakan aksi-aksi efektif melalui penetapan regulasi terkait.

Pembahasan lanjut mengenai perubahan iklim akan dilaksanakan dalam United Nations (UN) Climate Conference di Paris, 2015 mendatang.

“Diskusi mengenai perubahan iklim merupakan yang terberat, yang paling intensif. Pemimpin benar-benar membahas langkah demi langkah,” ungkap sumber Reuters yang tidak ingin namanya disebutkan.

Di akhir pembahasan, Presiden AS Obama berkomitmen mengalokasikan US$3 miliar untuk Green Climate Fund, sedangkan Jepang akan menyumbangkan US$1,5 miliar.

Ketiga, krisis geopolitik di Ukraina.

Para petinggi negara-negara G20 membahas mengenai krisis geopolitik antara Rusia-Ukraina yang tak kunjung selesai.

Sejumlah rencana dibahas, termasuk penambahan sanksi atas Rusia yang tertuju pada sektor-sektor seperti perbankan, minyak, dan sanksi individu.

“Alangkah baiknya jika sanksi yang kita berikan tepat sasaran. Kami memiliki tim yang memantau mekanisme sanksi dan memperhitungkan di sektor apa kira-kira yang membutuhkan penambahan sanksi. Isolasi Rusia tidak dapat terhindarkan,” kata Obama.

Seperti diketahui, Obama selama ini vokal menyuarakan sanksi bagi Rusia.

Obama, Perdana menteri Australia Tony Abbott , Kanselir Jerman Angela Merkel, dan PM Jepang Shinzo Abe menyatakan berdiri di baris terdepan menentang aksi Ukraina yang mereka sebut sebagai aksi yang merusak keamanan kawasan Ukraina.

Merasa terpojokkan, Presiden Rusia Vladimir Putin yang baru saja dinobatkan menjadi orang paling berpengaruh dunia mengalahkan Obama yang berada di peringkat kedua, memutuskan untuk meninggalkan forum G-20 lebih awal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dara Aziliya
Editor : Saeno
Sumber : Reuters

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper