Bisnis.com, PEKANBARU—Pemerintah Kanada melirik potensi karet dan pembangkit listrik yang ada Riau untuk ditawarkan kepada pengusaha asal negaranya.
Irhas Irfan, Kepala Badan Penanaman Modal dan Promosi Daerah (BPMPD) Riau, mengatakan Duta Besar Kanada untuk Indonesia secara khusus mendatangi Riau untuk melihat potensi karet dan pembangkit listrik atau powerplant.
Kunjungan tersebut akan dilanjutkan dengan memfasilitasi penawaran investasi di sektor hilir kepada pengusaha asal negara di Amerika Utara itu.
“Kami secara khusus memaparkan potensi karet yang selama ini diekspor dalam bentuk lateks, dan peluang investasi di sektor hilirnya,” katanya di Pekanbaru, Senin (10/11).
Irhas menuturkan tingginya pertumbuhan ekonomi Riau dibandingkan dengan provinsi lain di Sumatra membuat Pemerintah Kanada menjadikan wilayah itu sebagai tujuan investasi pengusahanya.
Apalagi, besarnya produksi karet dan kelapa sawit di Riau memberikan jaminan ketersediaan bahan baku untuk menopang industri hilir.
Menurutnya, produksi karet di Riau hingga kini mencapai 333.000 ton per tahun, dengan luas lahan perkebunan mencapai 504.139 hektare. Sebagian besar perkebunan karet di provinsi tersebut berada di Kabupaten Kuantan Singingi dan Kampar.
“Hanya saja memang kualitas lateks yang dihasilkan petani di Riau harus lebih ditingkatkan kualitasnya, agar memenuhi standar internasional,” ujarnya.
Dia juga mengatakan kebijakan mengurangi bea keluar untuk beberapa komoditas perkebunan dapat berdampak negatif bagi iklim investasi di Riau. Investor tidak lagi tertarik membangun industri hilir, karena seluruh produksi komoditas perkebunan diekspor.
“Karena semua produksi perkebunan diekspor, tidak ada industri hilir yang dapat memberikan nilai tambah dan membuka lowongan kerja,” ucapnya.
Sebelumnya, Zulher, Kepala Dinas Perkebunan Riau, juga meminta pemerintah pusat mengeluarkan kebijakan untuk mempercepat pengembangan industri karet. Hal itu untuk mengantisipasi terus anjloknya harga karet di pasar global.
Sepanjang tahun ini komoditas karet mengalami penurunan tajam menjadi Rp5.000-Rp7.000 per kilogram, dari yang sebelumnya Rp13.000-Rp15.000 per kilogram pada 2013. Hal itu disebabkan turunnya permintaan pasar terhadap karet dalam negeri.
Pengembangan industri hilir untuk sektor karet nantinya akan memberi dampak langsung kepada masyarakat, dan dapat berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi Riau. Selain itu, petani swadaya juga tidak perlu lagi tergantung kepada pasar global untuk menjual karet yang dihasilkannya.
Munculnya Brasil, Vietnam, dan beberapa negara di Afrika sebagai penghasil karet telah menciptakan persaingan baru dalam pasar karet global. Hal itu ditambah dengan Tiongkok yang mengurangi nilai impor karet dari Indonesia, karena telah mampu memproduksi komoditas itu sendiri.
Pengembangan karet sintetis juga telah mengurangi permintaan, karena telah menjadikan karet alam yang banyak diproduksi di dalam negeri hanya sebagai bahan campuran.
Badan Pusat Statistik Riau sendiri mencatat produksi industri karet, barang dari karet dan plastik pada kuartal ketiga tahun ini merosot hingga 6,56% dibandingkan dengan kuartal sebelumnya. Meski demikian, produksi pada kuartal ketiga tahun ini masih lebih tinggi 14,59% dari periode yang sama tahun sebelumnya.
Kanada Lirik Potensi Karet & Pembangkit Listrik Riau
Pemerintah Kanada melirik potensi karet dan pembangkit listrik yang ada Riau untuk ditawarkan kepada pengusaha asal negaranya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Lili Sunardi
Editor : Rustam Agus
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
22 menit yang lalu