Bisnis.com, BANDUNG--Indonesia Security Incident Responses Team on Internet Infrastructure (Id-SIRTII) menilai tren kejahatan siber atau serangan melalui jaringan Internet di Indonesia pada 2014 menunjukan tren peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya.
Id-SIRTII merupakan lembaga monitoring keamanan dan pemanfaatan jaringan telekomunikasi berbasis protokol Internet di bawah Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo).
Ketua ID-SIRTII Rudi Lumanto mengungkapkan sejak awal tahun hingga November, Id-SIRTII mencatat terjadi sekitar 38 juta serangan siber masuk ke Indonesia dengan jenis yang bervariasi mulai dari inveksi virus malware atau spyware.
"Pada tahun lalu Id-Sirtii mencatat jumlah serangan siber yang masuk sekitar 42 juta. Sementara itu, pada saat ini serangan yang sudah masuk mencapai 38 juta atau sekitar 120 ribu-130 ribu serangan perhari. Melihat angka tersebut, kami memprediksi jumlah serangan pada tahun ini mungkin akan lebih besar dibandingkan tahun sebelumnya," ujarnya, Senin (3/11/2014).
Rudi mengungkapkan dalam waktu tiga bulan, jumlah personal computer (PC) yang terinveksi malware dapat meningkat secara tajam. Hal ini bahkan sempat menyebabkan Indonesia menjadi salah satu sumber serangan kejahatan Internet di dunia atau lebih tinggi dari China.
Menurutnya, banyaknya serangan yang keluar tersebut menjadi indikator yang dapat dilihat bahwa hal tersebut bukan disebabkan oleh banyaknya hacker di Indonesia melainkan malware atau botnet yang melakukan serangan melalui PC di Indonesia yang terinfeksi.
"Melihat tren atau faktanya, bisa jadi yang melakukan serangan siber ke luar negeri itu bukan hacker Indonesia di mana kita hanya dimanfaatkan oleh hacker lain yang tidak diketahui siapa dan di mana."
Rudi mengungkapkan banyaknya serangan siber yang terjadi di Indonesia biasanya berupa serangan pada situs berdomain go.id atau milik pemeritahan. Biasanya, serangan masuk pada situs milik instansi daerah kabupaten atau kota, di mana memiliki kelemahan dalam pengelolaan. Menurutnya saat ini daerah tidak pernah membangun website dengan keamanan yang maksimal, sehingga critical infrastructure menjadi peluang bagi para hacker.
Selain itu, terdapat pula momen-momen yang menjadi triger bagi para hacker sehingga terdapat niatan untuk masuk dan melakukan serangan siber dengan berbagai motif. Salah satu contohnya adalah saat terdapat isu penyadapan dari Australia terhadap Pemetintahan Indonesia atau isu lainnya yaitu pengungsi muslim Rohingya di Myanmar.
"Serangan siber ini sering terjadi pada sistem informasi pemerintahan karena sistem yang ada memang masih belum maksimal dalam masalah pengamanan, khususnya yang berada di daerah. Selain itu, juga ada momentum lain yang terkadang memancing simpati tersendiri sehingga para hacker menyampaikannya dengan cara yang masih kurang baik," ujarnya.