Bisnis.com, TOKYO – Keputusan pengucuran stimulus lanjutan oleh Bank of Japan (BoJ) akhir pekan lalu dinilai tidak akan berdampak signifikan terhadap perekonomian Jepang jika Perdana Menteri Shinzo Abe tidak mempersiapkan kebijakan pendukung.
Ekonom JPMorgan Chase & Co, Masaaki Kanno menyampaikan setidaknya ada dua hal yang harus menjadi fokus kebijakan Abe, yaitu mempromosikan strategi pertumbuhan dan konsolidasi fiskal.
"Jika pemerintah tidak menetapkan kebijakan apapun dan hanya duduk diam menikmati benefit dari perlemahan yen dan kenaikan harga ekuitas, maka Jepang akan membuang-buang waktu dan kebijakan Kuroda akan sia-sia," ungkap Kanno di Tokyo, Senin (3/11/2014).
Kanno menegaskan, pemerintah harus meyusun kebijakan yang menyasar korporasi, regulasi pertanian, peningkatan partisipasi perempuan pada pasar tenaga kerja, dan menelaah regulasi perdagangan untuk dapat mendorong pertumbuhan jangka panjang.
Seperti diketahui, 30 Oktober lalu BoJ menambah basis moneter menjadi 80 triliun yen atau setara US$712 miliar dari sebelumnya 60 triliun yen - 70 triliun yen. Keputusan ini ditetapkan Kuroda setelah data menunjukkan inflasi September berada di level 1% dan penjualan retail anjlok 5,6%.
Menyusul keputusan stimulusnya, Kuroda memangkas estimasi pertumbuhan Jepang menjadi 0,5% tahun ini dari sebelumnya 1%. Ia juga memangkas target inflasi menjadi 1,2% tahun ini, menegaskan pesimistis Kuroda atas target inflasi 2% yang sempat dijanjikannya akan tercapai pada April 2015.