Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Antisipasi Dampak Iklim Butuh Respons Tepat

Perlu respons tepat terkait masalah iklim sehingga tidak akan berdampak bagi Indonesia.
/library.sbbc.edu
/library.sbbc.edu

Bisnis.com, MALANG—Perlu respons tepat terkait masalah iklim sehingga tidak akan berdampak bagi Indonesia.

Deputi Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkungan dan Perubahan Iklim Kementeria Lingkungan Hidup (KLH) Arief Yuwono mengatakan tanpa adanya respons yang tepat dari pemerintah dan masyarakat terkait masalah iklim, maka Indonesia sebagai bagian komunitas global, akan menghadapi masalah antara lain berkaitan dengan ketahanan pangan, ketersediaan air, dampak kesehatan.
 
“Indonesia harus memperkuat aksi adaptasi dan aksi mitigasinya serta memasukan Rencana Aksi Nasional dan Daerah tentang GRK (gas rumah kaca) menjadi rujukan RPJMN 2015-2019.” Kata Arief dalam rilisnya, Jumat (24/10/2014).

Pernyataannya itu disampaikan Video Press Briefing terkait laporan ke 5 Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) yang diselenggarakan Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) bersama Earth Journalism Network (Internews) dan Society  Indonesian Environmental Journalist (SIEJ) di Jakarta, Rabu (22/10/2014).  

Dalam kesempatan itu, dia  menyampaikan fakta iklim yang menarik perhatian pemerintah Indonesia, strategi Indonesia untuk reduksi emisi GRK, upaya adaptasi dan mitigasi yang sudah berjalan serta koordinasi yang dilakukan dengan kementerian lembaga lain.
 
Untung Widyanto, Pembina Society  Indonesian Environmental Journalist (SIEJ) mengatakan saat ini terjadi ketidakadilan iklim dimana media massa memiliki potensi besar menyatakan keberpihakan kepada masyarakat rentan.

Topik ini menarik untuk dapat digali serta diungkapkan fakta yang terjadi dan keterkaitannya dengan masyarakat marjinal.

"Pemerintah Indonesia melalui kabinet yang lalu sudah berkomitmen menurunkan emisi GRK 26%, perlu dikawal kelanjutan dari komitmen ini,” ujarnya.

Acara tersebut berlangsung serentak di Argentina, Brasil, India, Indonesia, Nigeria, dan Filipina, antara 13 dan 24 Oktober 2014 dengan harapan akan lebih banyak jurnalis terlibat dalam mengkritisi laporan ini.

IPCC adalah panel ilmiah yang terdiri dari para ilmuwan dari seluruh dunia yang terbentuk tahun 1988 oleh World Meteorological Organization (WMO) dan United Nations Environmet Programme (UNEP) untuk mengevaluasi risiko perubahan iklim akibat aktivitas manusia berdasarkan pada literatur teknis/ilmiah yang telah dikaji dan dipublikasikan..

Laporan IPCC ke-5 (AR5) diluncurkan dalam 4 paket terpisah selama 2013 dan 2014. Masing-masing memuat ringkasan untuk memandu para pembuat kebijakan. Paket terakhir dari ringkasan tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Choirul Anam
Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper