Bisnis.com, JAKARTA - Sebagai ibu yang memiliki anak penyandang tuna rungu, artis Dewi Yull merasa penerjemah bahasa isyarat di Indonesia perlu diperbanyak. Tujuannya untuk membantu kaum tuna rungu berkomunikasi dengan lebih baik.
Dewi juga mengharapkan pemerintah mengakui Bahasa Isyarat Indonesia (Bisindo) menjadi bahasa resmi tuna rungu Indonesia. Selama ini, bahasa resmi yang diakui pemerintah adalah Sistem Isyarat Bahasa Indonesia (SIBI) yang sulit dimengerti .
“Jika Bisindo diakui akan banyak volunteer yang tertarik bahasa isyarat dan jadi penerjemah,” katanya, Kamis (23/10/2014).
Bisindo yang sifatnya sederhana, menurutnya, akan membuat kaum tuli bisa menikmati pendidikan sebagaimana mestinya. Bisindo juga mudah dipelajari oleh siapapun.
Di Jepang, setiap tahun terdapat 10.000 penerjemah bahasa isyarat. Dengan begitu, negara tersebut terbilang maju karena kaum tuna rungu dihargai.
Menurutnya, tuna rungu di Indonesia selama ini mendapatkan informasi yang minim karena gangguan pendengaran mereka. Padahal, mereka juga punya kemampuan yang bisa dikembangkan.
Anak ketiganya yaitu Panji Surya Putra yang berusia 20 tahun menderita tuna rungu. Selain Surya, anak pertama Dewi yaitu almarhum Giska Putri Agustina juga tuna rungu. Adapun anak kedua Dewi tumbuh normal.
Surya saat ini tengah menempuh pendidikan S1 di salah satu universitas swasta. Kelak, Surya akan membuka lembaga pendidikan bahasa isyarat jika sudah lulus nanti.
“Mudah-mudahan nanti setelah Surya lulus S1 harapannya adalah men-support dia membuat lembaga pendidikan, untuk kursus bahasa isyarat,” kata Dewi.