Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Manufaktur Jadi Andalan Jabar Hadapi Pasar Asean

Asosiasi Pengusaha Indonesia Jawa Barat menilai kebedaraan industri manufaktur di kawasan itu akan bergairah saat pasar bebas Asean 2015.
Ilustrasi/Bisnis.com
Ilustrasi/Bisnis.com

Bisnis.com, BANDUNG--Asosiasi Pengusaha Indonesia Jawa Barat menilai kebedaraan industri manufaktur di kawasan itu akan bergairah saat pasar bebas Asean 2015.

Ketua Apindo Jabar Dedy Widjaja berpandangan pemerintah yang telah menetapkan kawasan industri manufaktur berteknologi tinggi di Jabar bagian barat seperti Karawang dan sekitarnya bakal mampu memacu perekonomian nasional.

Dia menjelaskan Karawang dan sekitarnya diuntungkan karena posisinya di tengah-tengah antara Jakarta dan Cirebon yang dapat diakses dari tol Jakarta-Cikampek dan Cikampek-Palimanan, yang masih dalam tahap perampungan.

“Berbagai infrastruktur saat ini mulai dirampungkan sehingga diharapkan mampu mendorong keberadaan industri manufaktur berteknologi tinggi untuk berdaya saing saat pasar bebas Asean,” ujarnya kepada Bisnis.com, Kamis (23/10).

Dia menjelaskan sekitar 60% industri manufaktur berada di Jabar, namun pencatatan ekspor dan impor yang terjadi dilakukan di Pelabuhan Tanjung Priok membuat pertumbuhan ekonomi diklaim wilayah lain.

Dia mengaku jika nanti Pelabuhan Cilamaya yang rencananya akan dibangun di Karawang atau dipindahkan ke wilayah lain diharapkan mampu menopang aktivitas kegiatan ekspor dan impor.

"Pokoknya pelabuhan itu harus segera berdiri di Jabar. Karena selama ini Jabar sudah kalah dengan Jatim dan Jateng yang sudah memiliki pelabuhan internasional," ujarnya.

Selain manufaktur berteknologi tinggi, industri padat karya pun beralih ke Jabar bagian timur seperti Majalengka. Sehingga hal ini juga diharapkan mampu memeratakan perekonomian nasional.

Dia menjelaskan pemerataan industri padat karya ke bagian timur karena selama ini pembangunan industri manufaktur hanya terpusat di kawasan barat.

“Jadinya, bagian timur akan menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru di Jabar nantinya,” katanya.

BPS Jabar mencatat produksi industri manufaktur besar dan sedang triwulan II/2014 turun sebesar 1,75% dari triwulan I/2014.

Pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang lebih rendah dibandingkan dari tahun ke tahun triwulan II/2014 (y-o-y) tumbuh sebesar 2,36%. Industri yang mengalami kenaikan tertinggi dipegang sektor tekstil dan produk tekstil (TPT) sebesar 10,65%.

Di Kota Cimahi, kontribusi industri manufaktur dianggap belumlah maksimal terutama kontribusinya terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD). Untuk itu, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Cimahi menganggap perlu melakukan diseminasi secara intensif agar keberadaan industri terhadap pembangunan daerah lebih maksimal lagi.

Kepala Bappeda Kota Cimahi Tetti Murti Wendani mengatakan terdapat sejumlah fakta yang tidak terbantahkan dalam hal kondisi industri di Kota Cimahi seperti menurunnya kontribusi industri manufaktur akibat terjadinya log out, industri yang dianggap mencemari lingkungan dan penyerapan tenaga kerja lokal yang tidak maksimal serta tidak optimalnya terhadap PAD.

Menurut dia, setiap tahunnya sejak 2010 kontribusi industri manufaktur terhadap perekonomian Kota Cimahi cendrung mengalami penurunan. Pada 2010 kontribusinya sebesar 58,03% dan di 2012 turun menjadi sebesar 57,9%.

"Padahal laju pertumbuhan ekonomi kota sejak 2008 hingga 2012 terus mengalami peningkatan dari 4,77 menjadi 5,24," katanya.

Walaupun industri manufaktur mengalami penurunan, tapi industri jasa mengalami peningkatan. Sedangkan solusi dalam mengatasi rendahanya penyerapan tenaga kerja lokal oleh industri yang ada, pihaknya akan kembali menerapkan sistem link and match dimana antara pengetahuan dan pendidikan harus sejalan.

Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Padjdjaran (Unpad) Prof Ina Primiana menyebut industri yang tumbuh di Kota Cimahi adalah industri padat karya. Selain itu, Cimahi belum memanfaatkan potensi industri yang dimiliki untuk mendorong laju pertumbuhan ekonomi.

"Kondisi dimana usia angkatan kerja produktif tinggi pun haruslah dimanfaatkan dengan baik," paparnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper