Bisnis.com, PONTIANAK - Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat bekerja sama dengan investor asal Rusia bernama Rusia Alumunium akan membangun pabrik bauksit dengan rencana produksi 3 juta ton, di Kabupaten Ketapang.
Kepala Badan Penanaman Modal Daerah dan Perizinan Terpadu Satu Pintu Provinsi Kalbar Sri Jumiadatin mengatakan kerjasama sudah dalam bentuk Memorandum of Understanding (MoU) pada Februari 2014.
"Pemerintah RI dan Rusia sudah menggagas rencana pembangunan smelter sejak 3 tahun lalu di Moskow. Kemudian saya mendampingi Wakil Gubernur ke Rusia menandatangi MoU pada Februari 2014," kata Sri kepada Bisnis, Jumat (17/10/2014).
Dia menyebutkan sampai saat ini Pemprov Kalbar terus menunggu kabar dari Rusal (Rusia Alummunium) melalui PT Arbaya terkait realisasi investasi asal Negeri Beruang Putih tersebut.
"Sampai sekarang masih proses dan nanti pembangunan smelter bauksitnya di Kecamatan Kendawang, Kabupaten Ketapang. Keseriusan mereka dengan hadirnya CEO Rusal yang bertemu dengan Gubernur Kalbar pada Juni tahun lalu.”
Sri menyatakan pembangunan smelter bauksit di Ketapang nantinya memberikan kontribusi bagi pemasukan daerah dan menyerap ribuan tenaga kerja. Dia membandingkan dengan investor asal China yang telah memproduksi bauksit di daerah yang sama.
"Investor asal China itu jika realisasi produksi secara komersial hingga 2017 dapat mencapai 4 juta ton. Saat ini baru 36% atau 1 juta ton dari realisasi investasi Rp26,3 triliun," ujarnya.
Dia mengatakan sektor pertambangan khususnya bauksit di Ketapang memiliki potensi bauksit terbesar di Asia Tenggara dan mutu bauksit hanya kalah dengan bauksit kualitas terbaik di dunia asal Australia.
Namun, kata Sri, investor lebih tertarik melirik bauksit di Kalbar karena memiliki proses pemurnian yang murah untuk mempercepat hasil produksi bauksit itu sendiri.
Berdasarkan data Dinas Pertambangan dan Energi Kalbar, potensi bauksit di Kabupaten Ketapang mencapai 606 juta ton dan menjadi potensi bauksit terbesar di provinsi itu.