Bisnis.com, SOLO — Pelantikan Presiden RI Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla untuk periode 2014-2019 membuat pergerakan saham membaik dan rupiah menguat. Hal ini berpengaruh positif terhadap respon investor.
Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan efek positif terpilihnya Jokowi sebagai Presidensudah terlihat sejak proses awal pemilihan. Hal ini diharapkan terus menimbulkan sentimen positif di kalangan pelaku pasar dan investor.
“Saat itu confident investor cukup kuat, bahkan tercatat ada capital inflow sampai US$15 miliar. Ini membantu menguatkan rupiah dan saham,” paparnya usai meresmikan Konservasi Gedung BI Solo sebagai Heritage, di Solo, Senin (20/10/2014).
Saat terjadi dinamika politik di parlemen, kata Perry, muncul banyak pertanyaan di kalangan investor terkait efektifitas kepemimpinan baru Indonesia. Keraguan investor itu langsung terjawab, kata dia,tatkala Jokowi melakukan safari politik dengan beberapa tokoh parpol yang menjadi pesaing dalam pilpres tahun ini. Oleh karena itu, kepercayaan pelaku pasar dan investor kembali menguat setelah pertemuan tersebut.
Dalam hal ini, menurutnya, Bank Indonesia berharap Joko Widodo dan Jusuf Kalla yang baru saja dilantik dapat meneruskan upaya reformasi struktural yang sudah dilakukan oleh pemerintahan sebelumnya. Menurutnya, pihak bank sentral menyatakan siap bersinergi dengan pemerintahan baru dalam rangka menjaga stabilitas perekonomian di dalam negeri.
Dia menginginkan pemerintahan baru nantinya dapat meningkatkan daya dukung fiskal terhadap pertumbuhan ekonomi. "Kita terus bersinergi, sebagaimana yang selama ini terus kita lakukan pada pemerintahan sebelumnya,” katanya.
Perry mengakui selama ini ruang fiskal terbatas karena beban subsidi, yang menjadi kendala bagi daya dukung fiskal dalam upaya memberi stimulus ekonomi. Oleh karena itu, koordinasi kebijakan moneter dan fiskal sangat diperlukan sehingga sisi moneter tetap stabil dan sisi fiskal sebagai stimulus ekonomi juga membaik.
Meskipun upaya pengurangan jumlah subsidi energi tersebut telah dilakukan saat masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, kata dia, subsidi dinilai terlalu besar. "Harapan kami,pemerintah baru dapat meningkatkan koordinasi antara makro dan sektor riil," tutur dia.
Perry menuturkan, pemerintahan baru harus mampu menumbuhkan iklim investasi, mempercepat implementasi infrastruktur, serta meningkatkan daya saing.Menurutnya, pelaku pasar dan investor terus mengamati rencana-rencana kebijakan pemimpin baru untuk arah perekonomian ke depan.
Pihaknya melihat presiden dan wapres memiliki banyak pengalaman lapangan bagaimana menumbuhkan perekonomian di dalam negeri."Dalam berbagai kesempatan saya bertemu investor asing, pembentukan kabinet dan langkah konkrit. Ini yang menjadi perhatian," ujar Perry.