Bisnis.com, PEKALONGAN - Pemerintah Kota Pekalongan menggandeng desainer ternama dari Italia guna mengembangkan motif batik Pekalongan seiring dengan persaingan industri batik di Tanah Air.
Wali Kota Pekalongan HM Basyir Ahmad mengatakan upaya pengembangan batik khas Pekalongan terus dilakukan selama dua kali periode kepemimpinannya.
Dalam masa pemerintahannya, kata dia, Pekalongan telah memiliki museum batik yang memajang beragam motif batik masa lalu dan masa kini dari berbagai daerah.
“Kita kerjasama dengan perancang mode dari Italia. Responnya luar biasa. Rumah mode di Italia akan kita terapkan di sini,” papar Basyir kepada Bisnis.com, Senin (6/10/2014).
Basyir memaparkan sebagian industri batik Pekalongan telah menjajaki pasar Italia dengan inovasi produk sesuai permintaan konsumen. Selain itu, ekspor batik Pekalongan ke sejumlah negara di Eropa dan Amerika terus digenjot.
Pihaknya saat ini menggagas wilayahnya sebagai kota batik dunia yang ilmiah. Artinya, proses pembatikan dilakukan oleh kaum perajin yang professional dengan produk terus berinovasi.
“Karena di sini kebanyakan perajin batik dengan kultur turun temurun. Jadi modelnya monoton, jika tidak ada yang meneruskan akan berhenti usaha. Konsep lama itulah yang akan kami ubah,” jelasnya.
Menurutnya, pengembangan batik secara ilmiah direalisasikan dengan dukungan lembaga formal dari tingkat SMP, SMA hingga perguruan tinggi yang membuka kelas khusus kerajinan membatik.
Di samping itu, Pemkot juga membuka materi pelatihan membatik dari daerah yang ingin mengembangkan batik. Kota Pekalongan akan dijadikan sentra industri tekstil, termasuk salah satu yang dikembangkan untuk kebutuhan bahan kain khusus batik.
“Kami seringkali didatangi oleh perwakilan orang dari daerah Jawa dan luar Jawa. Mereka ingin belajar khusus membatik, kami beri waktu selama satu pekan,” terangnya.
Secara rutin, Pemkot memfasilitasi penyelenggaraan pameran dengan nama Pekan Batik Internasional yang dilakukan pada tahun ganjil. Adapun Pekan Batik Nusantara tetap terselenggara pada tahun genap.
“Minimal dalam satu pameran terdapat 60 stan khusus batik produk Pekalongan. Pekan Batik Nasional kali ini memasuki tahun ke-7,” ujarnya.
Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (Disperindagkop dan UMKM) Kota Pekalongan Supriono memaparkan tenaga ahli batik dari Pekalongan kerap diperbantukan ke luar daerah untuk menularkan ilmu membatik kepada perajin baru.
“Banyak orang yang datang ke sini secara langsung. Adapula yang meminta kami mengisi materi atau pelatihan di luar daerah, seperti Bengkulu dan luar daerah lainnya,” katanya.
Dia mengakui brand batik Pekalongan kerap dimanfaatkan oleh pedagang dari luar daerah untuk menarik minat pembeli. Padahal, batik yang dijual belum tentu batik asli produk Pekalongan.
“Setiap kali pameran, kami masih menemukan orang yang memajang brand batik Pekalongan, alasannya biar cepat laku,” kata dia.