Bisnis.com, JAKARTA- Kesibukan kalangan profesional di kota besar membuat sebagian orang sulit mendapatkan pasangan hidup sesuai keriteria.
Bagi sebagian orang kondisi seperti itu menyulitkannya untuk mendapatkan pasangan hidup yang sesuai dengan keriteria.
Berdasarkan hasil penelitian yang ada, terdapat sekitar 2 juta pekerja profesional di Indonesia yang masih berstatus lajang di usia dewasa 28 tahun ke atas.
Fenomena tersebut mendorong Lunch Actually untuk membuka cabang biro jodoh premium di Jakarta.
Lunch Actually merupakan biro jodoh premium asal Singapura dengan konsep kencan makan siang. Layanan tersebut khusus untuk mereka yang berstatus lajang.
Tujuannya untuk membantu menemukan jodoh bagi orang yang belum mempunyai pasangan.
"Syarat untuk menjadi klien kami adalah harus lajang dan serius untuk mencari pasangan. Kami tidak menerima yang sudah menikah. Berprofesi sebagai profesional, usia minimal 21 tahun," kata Violet Lim, CEO Lunch Actually, disela paluncurani layanan tersebut di Pisa Cafe, Kamis (2/10/22014).
Layanan tersebut pertama kali didirikan pada 2004, kini terdapat di Hong Kong, Malaysia, Sinagpura.
Dalam memberikan layanan kepada klien, biro jodoh tersebut memiliki beberapa tahapan sebelum memperkenalakan calon pasangan, mulai dari pengenan secara pribadi profil klien, wawancara mendalam untuk mengetahui karakter pasangan yang diinginkan, memberikan rekomasi anggota lain yang sesuai atau mendekati keriteria calon pasangan hidup, mengatur waktu pertemuan di tempat yang telah disepakati hingga pelayanan sesudah pertemuan.
Database biro jodoh itu terdiri dari berbagai profesi mulai manajer, eksekutif, direktur, administrator, pengacara, akuntan, dokter, dan pengusaha.
Untuk menjadi kliennya dikenakan member fee senilai Rp6 juta berlaku selama 3 tahun untuk 3 kali dating. Kalau waktu satu kali dating makan siang dengan calon pasangan tidak cocok, akan mempunyai kesempatan dua kali lagi.
Dia menargetkan pertambahan klien sedikitnya 20-30 orang per bulan.
Alasannya membuka cabang di Jakarta, katanya, mengingat banyak orang yang belum menemukan pasangan hidup.
Berdasarkan data, katanya, pada 1991 terdapat sekitar 8% orang belum mempunyai pasangan hidup dan jumlah itu meningkat. Pada tahun 2000, terdapat sekitar 14% yang belum menukan pasangan hidup.