Bisnis.com, JAKARTA--Kemajuan perekonomian di Jawa Tengah salah satunya dipengaruhi pertumbuhan ekspor produk unggulan di wilayah ini. Ada harapan sekaligus tantangan yang bakal dihadapi oleh pelaku usaha yang bergerak di pasar ekspor di tengah kondisi perekonomian global saat ini.
Topik dengan tema ‘Mendongkrak Ekspor Jawa Tengah’ secara khusus dibahas dalam Forum Ekonomi dan Bisnis oleh Bank Indonesia Kantor Perwakilan Wilayah V Jateng - DI Yogyakarta bekerjasama dengan Bisnis Indonesia beberapa waktu lalu di Kantor BI. Foum itu mempertemukan pemerintah daerah, pelaku usaha, perbankan, akademisi dan sejumlah perwakilan asosiasi.
Ada beberapa pertimbangan memilih topik tersebut. Pertama, data BPS untuk triwulan II 2014 memperlihatkan adanya indikasi perlambatan pertumbuhan ekspor Jawa Tengah.
Kedua, ekspor atau perdagangan dalam arti luas memiliki peran sangat penting dalam perekonomian karena memiliki daya dorong yang cukup tinggi terhadap sektor lainnya. Selain itu, pangsa ekspor Jawa Tengah terhadap nasional dalam tiga tahun terakhir baru mencapai 12,7% dibandingkan dengan Jawa Timur sebesar 25% dengan level pertumbuhan yang juga lebih tinggi.
Ketiga, produk eskpor sebagian besar merupakan produk industri manufaktur memberikan dampak cukup besar terhadap serapan tenaga kerja. Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, jumlah pekerja di sektor industri pengolahan meningkat 2,7 juta orang menjadi 3,3 juta orang.
Ekonomi Jawa Tengah pada triwulan II 2014 tercatat tumbuh 5.3% year on year (y-o-y) pada triwulan I 2014 menjadi 2,4% y-o-y.
Kepala BI Kantor Perwakilan Wilayah V Jateng-DIY Sutikno mengatakan perlambatan ekonomi tersebut sejalan dengan melemahnya pertumbuhan ekonomi nasional. Kondisi itu terkait dengan menurunnya kinerja ekspor, baik ekspor antar daerah maupun ekspor luar negeri.
Dia menambahkan secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi di Jateng sepanjang 2014 tumbuh lebih lambat dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dengan konsumsi yang tetap kuat dan perbaikan ekspor serta investasi, kata dia, BI memperkirakan ekonomi Jawa Tengah pada 2014 tumbuh sekitar 5,2%-5,7%.
“Kita perlu mewaspadai melonjaknya inflasi akhir 2014 yang diperkirakan 4,5%-5,5%. Risiko inflasi dipengaruhi oleh dampak El Nino dan kemampuan penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi,” tuturnya..
Perihal ekspor, Sutikno menerangkan struktur ekspor Jateng sebagian besar dalam bentuk perdagangan antar daerah yang mencapai 80%. Hal ini berbeda dengan Jawa Timur dimana struktur ekspor luar negeri perdagangan antar daerah lebih kecil yaitu 60%. Dengan kata lain, kegiatan ekspor luar negeri memainkan peran yang lebih besar dalam perekonomian Jawa Timur. Sementara di Jawa Barat, kegiatan ekspor ke luar negeri lebih dominan, yaitu mencapai 75% dari total ekspor Jabar.
Ekspor antar daerah Jateng, ujarnya, sebagian besar dilakukan dengan DKI Jakarta, Jawa Barat dan Sumatera Utara. Sementara untuk impor antar daerah berasal dari DKI Jakarta, Jabar dan Jatim.
TPT & KAYU OLAHAN
Data BI menyebutkan sepanjang 10 tahun terakhir, eskpor Jateng masih bergantung pada komoditas tekstil dan produk tekstil (TPT) dan kayu olahan, masing-masing dengan pangsa sekitar 45% dan 23% terhadap ekspor Jateng.
“Beberapa negara tujuan ekspor Jateng yakni Amerika Tiongkok dan Jepang,” tuturnya.
Menanggapi kelesuan ekspor Jateng, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah bakal melakukan kerjasama dengan beberapa negara tujuan ekspor untuk membuka kantor perwakilan di negara tersebut.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menyatakan jaringan pemasaran perlu diperluas dengan membuka kantor perwakilan di sejumlah tujuan ekspor. Menurutnya, Jawa Tengah memiliki keunggulan produk tekstil dan produk tekstil, mebel dan kerajinan serta industri jamu.
“Kita akan kembangkan kantor perwakilan di beberapa negara yang berpotensi [ekspor],” papar Ganjar dalam acara forum tersebut.
Saat ini, kata dia, Jawa Tengah telah bekerjasama dengan Kalimantan Tengah untuk menyuplai bawang merah. Kerjasama itu dilakukan untuk memperluas pangsa pasar komoditas unggulan di Jateng dengan beberapa wilayah di Indonesia.
“Di Jawa Timur sudah menerapkan itu. Jadi investor kalau datang ke Indonesia yang ditanyakan hanya beberapa kota seperti Surabaya, Bandung dan Jakarta. Sementara Jawa Tengah belum [dikenal],” kata dia.
Sementara untuk menarik investor baru, pihaknya menggenjot perbaikan infrastruktur dengan usulan anggaran kepada anggota legislatif sebesar Rp2,1 triliun. Ganjar bermimpi seluruh jalan raya di Jawa Tengah akan menggunakan betonisasi.
“Kalau infrastruktur kita baik, investor akan tertarik,” ujarnya.