Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

EKSPOR SUMUT: CPO Masih Jadi Pahlawan

Kinerja ekspor Sumut pada Agustus 2014 tak banyak mengalami peningkatan. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sumut mencatat, sepanjang Januari-Agustus 2014, nilai ekspor hanya tumbuh 13,48% year on year mencapai US$3,48 miliar.nn
Ilustrasi/Bisnis
Ilustrasi/Bisnis

Bisnis.com,  BANDA ACEH -- Kinerja ekspor Sumut pada Agustus 2014 tak banyak mengalami peningkatan. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sumut mencatat, sepanjang Januari-Agustus 2014, nilai ekspor hanya tumbuh 13,48% year on year mencapai US$3,48 miliar.

Kinerja eskpor tersebut hanya tumbuh tipis dari per Juli 2014 US$3,06 miliar dengan pertumbuhan YoY 13,31%. Adapun, komoditas CPO masih menjadi penopang utama ekspor Sumut dengan total US$2,47 miliar.

"CPO masih menyumbang 40% dari total nilai ekspor per Agustus 2014. Nilainya meningkat 17,5% dari tahun lalu US$2,1 miliar. Secara volume juga meningkat tipis dari 3,11 juta ton ke 3,29 juta ton," tutur Kepala Seksi Hasil Pertanian dan Pertambangan Sumut Fitra Kurnia kepada Bisnis, Senin (29/9/2014).

Fitra melanjutkan, hampir seluruh komoditas juga mengalami peningkatan, seperti biji pinang dan hasil laut. Dia memerinci, ekspor biji pinang meningkat tajam 89,3% atau US$9,58 juta sebanyak 8.204 ton. Sementara itu, hasil laut juga tumbuh 89,3% senilai US$208,73 juta atau 18.892 ton.

Tak hanya itu, komoditas biji kopi arabika Sumut juga terdongkrak 22,5% dari US$188 juta pada Januari-Agustus 2013 menjadi US$230,5 juta pada periode yang sama tahun ini.

Kendati begitu, pertumbuhan ekspor beberapa komoditas belum mampu mengobati penurunan nilai ekspor utama Sumut selain CPO, yakni karet.

Berdasarkan Surat Keterangan Asal (SKA), ekspor karet asal Sumut merosot 35,7% dari US$417,28 juta menjadi US$267,98 juta.

Sekretaris Gapkindo Edy Irwansyah sebelumnya menyebutkan, tren penurunan ekspor ini akan terus terjadi hingga akhir tahun ini. Dia mengatakan beberapa pedagang melaporkan banyak petani mulai menebangi pohon karet mereka karena tekanan harga.

"Beberapa negara produsen juga mengalami hal yang sama. Tapi pemerintah mereka seperti Thailand dan India mulai memerhatikan nasib komoditas karet mereka. Di Thailand ada rencana membangun sembilan pabrik pengolahan karet baru untuk menyerap produksi, dan di India akan membantu petani karet melalui pembatasan impor," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper