Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bandung Kukuhkan Diri Sebagai Kota Kreatif

Kota Bandung sejak awal memiliki potensi perekonomian di bidang jasa, saat ini terus memperkuat ciri khasnya dengan mengukuhkan diri sebagai kota kreatif dan kota pintar (smart city) yang diusung oleh Wali Kota Mochamad Ridwan Kamil dan wakilnya Oded M. Danial.
Wali Kota Bandung Ridwan Kamil/JIBI
Wali Kota Bandung Ridwan Kamil/JIBI

Bisnis.com, BANDUNG - Kota Bandung sejak awal memiliki potensi perekonomian di bidang jasa, saat ini terus memperkuat ciri khasnya dengan mengukuhkan diri sebagai kota kreatif dan kota pintar (smart city) yang diusung oleh Wali Kota Mochamad Ridwan Kamil dan wakilnya Oded M. Danial.

Pasangan Ridwan-Oded pada 16 September 2014 genap menjalankan setahun tugasnya sebagai penentu arah pembangunan di kota yang dijuluki Paris van Java ini. Sejak awal menjabat, Ridwan Kamil langsung menggaungkan konsep pembangunan kota pintar, yang coba diwujudkan secara serius dengan membentuk Dewan Pengembangan Smart City sebagai think tank.
 
Namun, sebagian masih mempertanyakan kota pintar yang dimaksud, khawatir gaung smart city hanya sebuah ‘proyek mercusuar’ yang belum jelas konsep dan arahnya.
 
Bagi Ridwan Kamil, konsep smart city diimplementasikan menjadi upaya optimalisasi pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi (TIK) untuk kepentingan pembangunan kota. Penerapan konsep smart city dinilai dapat menjadi solusi penyelesaian persoalan kota, dibandingkan cara-cara konvensional yang tidak terintegrasi.
 
Emil, sapaan akrab wali kota, mengungkapkan konsep smart city yang digagasnya adalah pemanfaatan teknologi informasi untuk beragam aspek pelayanan publik yang disiapkan oleh pemerintah kota untuk warganya.
 
"Salah satu contoh smart city ini adalah penerapan beragam aplikasi dalam pelayanan publik di berbagai perangkat pemerintah kota mulai dari kantor dinas, kecamatan, hingga kelurahan untuk melayani kebutuhan masyarakat," ujarnya kepada Bisnis, belum lama ini.
 
Tak hanya itu, pemanfaatan sosial media juga menjadi salah satu aspek dalam smart city. Emil meyakini dengan merevolusi cara berkomunikasi, setiap satuan kerja perangkat daerah (SKPD) harus memiliki akun Twitter agar mudah berkomunikasi dengan masyarakat.
 
Dengan budaya baru yang dilahirkan ini, setiap SKPD di Pemkot Bandung wajib untuk melampirkan bukti berupa foto hasil dari kinerjanya, agar masyarakat bisa menilai dengan mudah dan cepat. "Dalam realisasinya, hal ini akan menggabungkan tak hanya infrastruktur berbasis teknologi informasi, melainkan juga penerapan beragam aplikasi dalam pelayanan publik," tuturnya.
 
Ridwan Kamil menyadari banyak hal yang harus dipersiapkan untuk menerapkan smart city, terutama kesiapan sumber daya manusia (SDM).Menurutnya, warga dan aparatur pemerintah didorong semakin melek teknologi informasi, agar beragam infrastruktur dan aplikasi pelayanan publik bisa dimanfaatkan secara praktis, efektif, dan efisien.
 
Dia mengakui diperlukan waktu untuk membangun dan mewujudkan aparatur SKPD yang memiliki kemampuan dan kompetensi pelayanan berbasis TIK, sebagai syarat terwujudnya kota cerdas. Pemkot Bandung secara bersamaan juga akan mempersiapkan infrastruktur TIK dan sistem aplikasi yang memungkinkan beragam proses pelayanan publik tersebut berlangsung.
 
“Pembangunan keduanya harus bersamaan, karena apabila infrastrutkur dibangun tanpa didukung kesiapan SDM, khawatir akan menjadi mubazir. Termasuk warga  sebagai subjek dalam smart city harus dipersiapkan," tegasnya.
 
Emil bercita-cita arah pembangunan smart city Kota Bandung akan menjadi seperti Silicon Valley di Los Angeles, Amerika Serikat, atau Kota Seoul di Korea Selatan yang dinilai menjadi rujukan ideal bagi pembangunan kota cerdas.
 
Akan tetapi, dia menyadari pengembangan smart city tersebut akan membutuhkan investasi besar yang tidak dapat mengandalkan APBD. Sejauh ini, Emil berupaya mengakses sumber dana hibah dari Bank Dunia dan Korea Selatan, meskipun masih bersifat komitmen yang harus ditindak lanjuti menjadi perjanjian Government to Government (G2G) dan Government to City (G2C).
 
"Kita tentu harus pro-aktif dan tidak bisa menunggu. Oleh karena itu, upaya pengembangan kerja sama untuk penerapan smart city terus dikembangkan agar implementasinya dapat direalisasi secara perlahan tapi pasti," ujar Emil.
 
Dihubungi terpisah, Ilham Akbar Habibie, yang baru saja dilantik sebagai Ketua Dewan Pengembangan Bandung Kota Cerdas akhir Agustus lalu, terlihat bersemangat untuk mewujudkan Bandung smart city.
 
Saat ditemui Bisnis di kantornya di kawasan Mega Kuningan, Jakarta Rabu (23/9), Putra dari tokoh dirgantara B. J Habibie tersebut berkomitmen melangkah untuk membuat kualitas hidup warga Kota Bandung menjadi lebih baik yang didukung tim bernaggotan orang-orang pilihan.
 
Ilham memaparkan konsep smart city yang akan diterapkan di Bandung tentu belum tuntas dibahas. Namun, sebagai gambaran bahwa smart city diwujudkan untuk memaksimalkan kualitas hidup warga dari sebuah kota dengan berbagai cara, salah satunya pemanfaatan TIK.
 
“Smart city ini memang tidak berarti semua pakai TIK. Tapi smart atau cerdas tidak ekuivalen dengan TIK, banyak hal-hal yang boleh dikatakan cerdas tapi bukan TIK,” tegasnya.
 
Dewan Pengembangan Bandung Kota Cerdas terdiri dari tiga bagian yaitu dewan pembimbing yang terdiri dari Wali Kota Bandung Ridwan Kamil dan wakilnya, dewan penasehat yaitu para pemimpin perusahaan dan rektor, serta dewan pelaksana yang terdiri dari kalangan pemerintahan, akademisi, hingga industri.

Dewan tersebut juga membentuk sembilan pokja yaitu ekonomi, pendidikan, kesehatan, infrastruktur, transportasi, lingkungan, pemerintah, masyarakat, dan teknopolis. Namun, mengingat baru terbentuk, pokja-pokja tersebut juga belum bergerak jauh.
 
Ilham menjelaskan setiap pokja nantinya akan membuat satu pilot project yang ditargetkan bisa diimplementasikan pada tahun depan. Dia menegaskan untuk mewujudkan smart city harus dilakukan secara bertahap.
 
Ilham memberi contoh hal-hal yang kemungkinan dikerjakan pokja pendidikan, yaitu membantu mewujudkan sistem pendidikan dan penelitian yang sesuai dengan kebutuhan industri.
Pokja infrastruktur antara lain membangun kota modern dengan menempatkan bandara di luar kota.
 
Untungnya, di Jawa Barat telah ada pembangunan Bandara Kertajati di Majalengka yang bisa menjadi andalan Kota Bandung. Tinggal dipikirkan akses tol atau kereta api untuk menuju Kota Bandung dari bandara tersebut.
 
Ilham optimistis timnya yang bekerja dengan sukarela tanpa bayaran  akan mampu bekerja dengan baik, karena selain memiliki modal kecerdasan, juga berpengalaman di bidangnya. Beberapa nama yang tergabung dalam Dewan Pengembangan Bandung Kota Cerdas antara lain Guru Besar Institut Teknologi Bandung (ITB) Suhono Harso Supangkat dan peneliti Budi Rahardjo.
 
Selain itu, Kota Bandung punya banyak keunggulan yang menjadi modal untuk melangkah menuju kota cerdas, salah satunya, banyak perguruan tinggi di Bandung yang konsentrasi terhadap teknologi.  Ilham mengapresiasi dukungan nyata dari Wali Kota Bandung Ridwal  Kamil untuk membangun kota cerdas.
 
Sementara itu, Ketua Lembaga Pengembangan Inovasi dan Kewirausahaan (LPIK) ITB sekaligus Wakil Dewan Pengembangan Smart City Kota Bandung Suhono Harso Supangkat mengatakan setiap pihak memiliki pengertian smart city masing-masing.
 
Menurutnya, smart city didefiniskan dengan arti perencanaan pemanfaatan sumber daya alam (SDA), dan sumber daya manuasia (SDM) dalam suatu kota untuk pengembangan kota yang berkelanjutan dengan aman dan nyaman.
 
"Dalam sebuah konsep smart city, diharapkan teknologi dapat membantu untuk mengetahui situasi kota. Caranya dengan implementasi sinkronisasi, kesepahaman dan kerja nyata di semua sektor ," jelasnya.
 
Suhono mengatakan saat ini Kota Bandung sudah mengarah pada konsep tersebut, di mana Dewan Pengembangan Smart City Kota Bandung sedang menyelesaikan desain dan konsepnya.
 
Menurutnya, pengembangan smart city terdapat tiga hal yang harus diperhatikan yaitu ICT, people dan proses. Oleh karena itu, roadmap pelaksanaan smart city Kota Bandung sudah dibentuk ke dalam 9 kelompok kerja (pokja).
 
Masing-masing pokja memiliki satu inisiasi program yang diharapkan dapat mulai diimplementasikan. "Smart city ini luas dan butuh dukungan berbagai infrastruktur dasarnya, seperti di taman kota harus sudah tersedia akses Internet yang mudah diakses masyarakat,"
 

Tidak hanya teknologi, kesiapan masyarakat sendiri harus diperhatikan agar proses implementasi smart city berlangsung sesuai yang diharapkan. Akan tetapi, pola pikir dan perilaku masyarakat dituntut harus siap dan mulai terbiasa dalam budaya smart city.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper