Bisnis.com, BOYOLALI—Pemesanan oleh-oleh haji di Asrama Haji Donohudan turun karena karena makin banyak calon haji yang sudah memesan dari pedagang di daerah asal.
Pemilik kios Barokah di Asrama Haji Donohudan, Rafik, mengaku merasakan penurunan penjualan pada musim haji tahun ini.
Dia mengatakan jumlah calon haji yang berbelanja di Donohudan tidak sebanyak tahun sebelumnya. Selain itu, mereka juga memesan dengan nilai dan volume yang lebih kecil dibandingkan biasanya.
“Untuk tahun ini, terus terang untuk daya minat, atau daya belinyanya turun, entah karena situasi ekonomi atau apa,” kata Rafik Sabtu (20/9/2014).
Rafik memberikan contoh penurunan pemesanan kurma, salah satu oleh-oleh prioritas jamaah haji Indonesia.
Calon haji tahun ini rata-rata hanya memesan 5–10 kilogram kurma, biasanya setiap calon haji memesan paling sedikit 20 kilogram kurma.
Penurunan minat juga tampak dari sedikitnya rupiah yang dikeluarkan calon haji.
Dalam tahun sebelumnya Rafik bisa mendapatkan pesanan hingga Rp6 juta dari satu calon haji, tahun ini baru ada dua calon haji yang nilai pesanannya mencapai Rp3,5 juta.
Tono, pemilik kios Armida di Asrama Haji Donohudan, memperkirakan sebagian besar calon haji sudah memesan oleh-oleh di daerah asal mereka.
Dia menjelaskan saat ini oleh-oleh haji tidak hanya tersedia di asrama haji. Pedagang di kota-kota kecil juga banyak yang menyediakan jasa impor oleh-oleh haji.
“Di mana-mana kan banyak menyediakan oleh-oleh sekarang. Banyak beli oleh-oleh itu di rumah,” kata Tono.
Kompetisi yang ketat tersebut membuat pedagang cenderung menjual harga kurma, kacang, dan air zam-zam pada harga yang sama.
Di Asrama Haji Donohudan, paguyuban pedagang bahkan menyusun data harga produk oleh-oleh haji sebagai acuan pedagang.
Tono mengatakan harga barang di Asrama Haji Donohudan sepenuhnya tergantung pada harga yang ditetapkan importir atau distributor.
Tahun ini, jelasnya, barang yang harganya naik tinggi adalah kacang-kacangan. Harga kurma cenderung sama, kecuali kurma jenis tertentu.
“Bagaimana mau naik, kalau yang jualan banyak. Di Solo, misalnya ada pasar yang di Pasar Kliwon. BIasanya kalau [barang] kurang, kami juga ambil di situ,” kata Tono.