Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ngoceh Gaza Di Twitter, Profesor Ini Dipecat

Seorang Profesor yang kehilangan pekerjaan yang dijanjikan kepadanya setelah mengunggah kicauan di Twitter mengenai perang tujuh pekan antara Palestina dan Israel, Selasa, menuntut agar Universitas Illinois di Urbana-Champaign (UIUC) kembali mempekerjakannya.
Suasana di Palestina usai serangan udara Israel/JIBI
Suasana di Palestina usai serangan udara Israel/JIBI

Bisnis.com, ILLINOIS - Seorang Profesor yang kehilangan pekerjaan yang dijanjikan kepadanya setelah mengunggah kicauan di Twitter mengenai perang tujuh pekan antara Palestina dan Israel, Selasa (9/9/2014), menuntut agar Universitas Illinois di Urbana-Champaign (UIUC) kembali mempekerjakannya.

Ia mengutip kebebasan berbicara dan kebebasan akademis sebagai alasan tuntutannya. Namun, pihak universitas mengatakan tetap kokoh dengan keputusannya untuk membatalkan tawaran kepada Steven Salaita terkait kicauan pro-Palestian dan anti-Israelnya, yang menurut universitas tidak sopan.

Pemberhentian Salaita yang dilakukan pada Agustus atau dua pekan sebelum ia mulai bekerja telah memicu perdebatan dan protes di UIUC dan kampus lainnya atas kebebasan akademis dan politik.

Salaita rutin berkicau selama perang, termasuk pesannya pada 1 Agustus yang berbunyi, "Para pendukung #Israel harus dipaksa ...untuk melihat foto-foto senyuman anak-anak yang tewas secara berulang kali. #Gaza." Salaita yang lahir di Amerika Serikat dari orang tua berkebangsaan Jordania dan Palestina telah menulis beberapa buku dan mengajar di Virginia Tech sebelum menerima tawaran sebagai pengajar tetap di UIUC.

Pada Selasa, sejumlah mahasiswa UIUC membolos kuliah untuk mendengar komentar publik pertama Salaita sejak universitas membatalkan tawarannya untuk mengajar di Departemen Kajian Amerika- Indian UIUC.

"Universitas harusnya menjadi wadah orang-orang yang berfikir kritis, harus memicu kreativitas dan pada saat terbaik menentang pandangan politik, ekonomi, dan sosial ortodok," kata Salaita saat berbicara dengan profesor-profesor di UIUC yang membelanya.

Ia membela pesan-pesan twitternya dengan mengatakan bahwa pesan-pesan itu penuh kasih sayang dan tanpa sensor, yang mencerminkan keprihatinannya terhadap kematian-kematian warga Palestina. Salaita menuduh pihak universitas membatalkan tawarannya atas dasar tekanan dari para donatur kaya yang tidak menyukai pandangan pro-Palestina milik Salaita.

Juru bicara UIUC Robin Kaler tidak menjawab pertanyaan Reuters terkait tuduhan Salaita tentang adanya tekanan politik. Ia hanya mengatakan UIUC akan tetap tidak mempekerjakan Salaita.

Perwakilan UIUC, Phyllis Wise, juga memberikan pernyataan pada 22 Agustus bahwa keputusan universitas bukan berdasarkan pada pandangan Salaita mengenai konflik di Timur Tengah melainkan tentang kata-katanya yang tidak sopan.

Salaita berkata bahwa dia tidak anti semitisme.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Martin Sihombing
Sumber : Reuters

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper