Bisnis.com, BANTEN - Budiharto Setyawan, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Banten, mengatakan dari tiga golongan barang yang tergolong pada volatile food, administered price dan kelompok inti (core), harga makanan jadi seperti nasi dan lauk selama 7 hari setelah Lebaran mengalami lonjakan.
“Kenaikan ini berperan cukup besar terhadap inflasi keseluruhan. Kota Serang penyumbang inflasi tertinggi karena karakter penduduk yang menetap dan bukan pendatang, membuat permintaan makanan tetap, sementara pedagang tidak beraktivitas,” ujarnya kepada Bisnis.com.
Sementara itu, berdasarkan indeks kelompok makanan, data BPS menjelaskan terjadi kenaikan indeks sebesar 1,29%, yakni dari 120,75 pada Juli menjadi 122,3 pada Agustus 2014. Dari 11 sub kelompok yang ada, 10 sub kelompok mengalami kenaikan indeks.
Kenaikan indeks yang cukup tinggi terjadi pada kelompok sayur-sayuran, yakni sebesar 3,74%, kemudian disusul oleh subkelompok ikan segar sebesar 3,29% serta sub kelompok daging dan hasilnya sebesar 2,07%.
Adapun satu subkelompok yang mengalami penurunan indeks adalah kelompok buah-buahan yaitu turun 1,06%. Kendati Banten dapat memasok sayur-sayuran dari hasil produksi lokal, namun tidak adanya pedagang sayur yang beraktivitas di pasar menyebabkan stok tidak dapat terdistribusi.
Selain itu, kepercayaan diri penduduk yang tidak menyimpan barang makanan sebelum libur lebaran mengakibatkan permintaan di masa libur tidak mengalami penurunan. Kelangkaan bahan makanan juga menyebabkan sejumlah restoran yang masih beroperasi menaikkan harga jual.
“Jika penduduk DKI Jakarta misalnya terbiasa menyimpan bahan makanan dalam jumlah banyak sebelum libur Lebaran, penduduk Banten tampaknya belum melakukan hal itu, penduduk menganggap aktivitas pasar tradisional tetap berjalan pada libur lebaran,” ujarnya.