Bisnis.com, JAKARTA--Minggu, 17 Agustus 2014, pukul 10.00 WIB. Suara meriam terdengar mendentum sebanyak 17 kali membelah udara di kawasan Medan Merdeka, menandai dimulainya upacara penting di halaman Istana Kepresidenan di Jakarta.
17 kali dentuman sama dengan angka 17 yang menjadi tanggal kemerdekaan Republik Indonesia pada Agustus 1945 lalu.
Seperti yang sudah terjadi selama 10 tahun terakhir, kali ini pun Presiden Susilo Bambang Yudhoyono duduk di panggung kehormatan di teras Istana Merdeka untuk memimpin jalannya upacara.
Ribuan tamu undangan telah duduk di tempatnya masing-masing, di tenda-tenda putih besar yang dipasang di sekeliling halaman Istana.
Mereka berasal dari berbagai kalangan, pejabat negara, duta besar negara sahabat, perwakilan organisasi internasional, civitas akademika, selebritas, insan media, hingga – yang paling penting – para pahlawan dan atau para janda/duda para pahlawan yang pernah berkontribusi untuk kemerdekaan RI.
Upacara dimulai dengan pembacaan teks proklamasi oleh Ketua MPR Sidarto Danusubroto dilanjutkan dengan pembacaan doa oleh Menteri Agama Lukman Hakim Saiffudin.
Dalam doanya, Luman mengucapkan rasa syukur atas kemerdekaan yang dicecap RI selama ini. Ia juga memanjatkan doa agar persatuan dan kesatuan tetap menjadi roh RI yang majemuk ini.
Tidak lama, acara yang dinanti-nanti pun muncul. Tim Melati dari Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) memulai formasinya. Derap langkah kaki para muda mudi pilihan tersebut terdengar harmonis di indera pendengaran.
Tiba di hadapan podium utama, langkah mereka terhenti. Sambi membawa baki, Juana Gita Medinnas Janis, siswi SMAN 1 Tahuna Sulawesi Utara, bergerak menuju SBY yang telah berdiri di atas podium untuk menyerahkan duplikat bendera pusaka.
Juana yang ditemani oleh Cahyadi Laksanto Rasyidi dari SMAN 3 Yogyakarta dan Fadlullah Arofah Taliwang dari SMKN 1 Taliwang NTB pun bergerak menuju tiang untuk mengibarkan sang duplikat bendera pusaka.
Lagu Indonesia Raya bergema mengiringi upacara pengibaran bendera. Seluruh hadirin bergeming dalam khidmat hingga sang saka merah putih tiba di ujung tiang, berkibar dengan megah di langit Jakarta.
Tiba-tiba langit bergemuruh. Sebanyak 32 jet tempur membelah langit di atas halaman Istana dalam dua formasi. Formasi pertama terdiri dari 10 pesawat tempur latih T-50 Golden Eagle dari Skadron 15 Lanud Iswahyudi Madiun serta enam pesawat Hawk 100/200 dari skadron 1 Lanud Supadio Pontianak dan Skadron Udara 12 Lanud Rusmin Noorjadin Pekanbaru.
Selang beberapa detik, formasi kedua yang juga beranggotakan 16 pesawat kembali membelah langit di atas halaman Istana. Kali ini delapan pesawat F-16 dari Skadron Udara 3 Lanud Iswahyudi Madiun plus delapan pesawat Sukhoi SU-27/30 dari Skadron Udara 11 Lanud Sultan Hassanudin Makassar.
Tak lama, lagu-lagu perjuangan pun membahana diperdengarkan oleh Gita Bahana Nusantara Orkestra. “Hari Merdeka” ciptaan Mutahar, “Satu Nusa Satu Bangsa” ciptaan L. Manik, dan “Bendera Merah Putih” ciptaan Ibu Sud.
Seperti tahun sebelumnya, salah satu lagu ciptaan SBY pun ikut diperdengarkan dalam rangkaian acara peringatan proklamasi kemerdekaan RI di Kompleks Ring-1 tersebut. Kali ini giliran lagu “Untuk Bumi Kita”.
Terakhir, persembahan medley lagu-lagu daerah yang diaransemen oleh Singgih Sanjaya. Total 10 lagu, mulai dari lagu “Bungong Jeumpa” yang berasal dari Aceh, “Anju Ahu” asal Sumatera Utara, “Cik-cik Periuk” asal Kalimantan Barat, “Esa Mokan” asal Sulawesi Utara, “Buka Pintu” asal Maluku, “Apuse” asal Papua, “Bolelebo” asal NTT, hingga lagu “Cublak Cublak Suweng asal Jawa Tengah.
Rangkaian medley lagu daerah itu pun ditutup dengan lagu “Pileuleuyan” yang berasal dari Jawa Barat/Banten. Secara harafiah, lagu “Pileuleuyan” yang dinyanyikan berarti “selamat berpisah”. Ketika itu waktu hampir menunjukkan pukul 11.00 WIB atau satu jam sejak rangkaian acara dimulai pada pukul 10.00 WIB.
Pileuleuyan.. pileuleuyan..
Sapu nyere pegat simpay..
Pileuleuyan.. pileuleuyan..
Paturai patepang deui..
Meskipun berpisah, tetapi tetap jangan putus silaturahmi. Paturai patepang deui. Berpisah untuk bertemu kembali.
Mungkin bagi SBY, yang akan menutup masa kepemimpinannya di Negeri berpenduduk 250 juta jiwa ini, lagu Pileuleuyan yang dinyanyikan sebagai penutup rangkaian upacara peringatan HUT RI kali ini terasa pas.
Tepat 9 pekan ke depan, Senin, 20 Oktober 2014, SBY akan menyerahkan jabatannya kepada presiden baru, yaitu presiden terpilih definitif yang akan dikukuhkan oleh Mahkamah Konstitusi.
Maka, Pileuleuyan kali itu menjadi ucapan selamat perpisahan bagi SBY di upacara 17-an terakhirnya sebagai Presiden RI.