Bisnis.com, JAKARTA - Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan terpilih sebagai presiden setelah berhasil meraup suara 51,8% pada pemilihan umum presiden langsung pertama Turki, Ahad (10/8).
Erdogan mengklaim kemenangan partainya, setelah mengalahkan dua pesaingnya Ekmeleddin Ihsanoglu dan Selahattin Demirtas yang masing-masing merupakan pemimpin Organization of Islamic Cooperation dan partai pro-Kurdish.
"Pandangan politik, gaya hidup, kepercayaan, sekte, nilai, dan bahasa kita mungkin berbeda. Namun kita adalah putra bangsa ini. Mari membangun Turki, lupakan argumen, ketegangan, dan masalah kita di masa lalu," kata Erdogan dalam pidato kemenangannya.
Saat menjadi perdana menteri, Erdogan berkontribusi besar pada pertumbuhan tahunan rata-rata 5% Turki dan aliran investasi senilai US$78 miliar pada saham dan obligasi Turki sejak 2006.
Dengan menjadi presiden, Erdogan dituntut untuk menyelesaikan persoalan kesenjangan anggaran negara yang mencapai 7,5% dari PDB, terdorong oleh konsumsi dan pinjaman sektor swasta yang juga menjadi penopang utama perekonomian.
Gap ini merupakan yang terbesar di antara negara fagile five lain yakni Afrika Selatan, Indonesia, India dan Brasil.
Dengan mengusung slogan New Turkey, Erdogan bersumpah pada 2023 akan menjadikan Turki sebagai 10 besar negara perekonomian terbesar dunia, dari posisi 17 saat ini.