Bisnis.com, LAWEYAN - Keberhasilan Joko Widodo merangsang pertumbuhan hotel melalui berbagai event kunjungan pariwisata pada masa pemerintahannya di Solo meninggalkan permasalahan bagi industri pariwisata Solo, sepeninggalnya ke Jakarta.
Data gabungan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Solo dan Badan Pengurus Cabang Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia mencatat industri perhotelan di Solo meningkat pesat dalam beberapa tahun terakhir.
Jumlah hotel di Solo melonjak dari 19 hotel berbintang dengan total 1.086 kamar pada 2010 menjadi 34 hotel berbintang dengan total 3.150 kamar pada 2013. Hanya dalam kurun waktu 3 tahun kamar hotel di Solo bertambah 190%.
Namun, peningkatan kapasitas tersebut justru diiringi oleh penurunan jumlah wisatawan yang menginap di hotel berbintang dan tidak berbintang di Solo.
Data Disbudpar Solo menunjukkan jumlah wisatawan asing dan domestik yang menginap di hotel di Solo turun 5% pada periode yang sama dari 933.548 orang pada 2010 menjadi 890.242 pada 2013. Penurunan jumlah wisatawan ini sejalan dengan penurunan jumlah event yang dijadwalkan Pemkot Solo.
Agenda dalam kalender event Solo terus turun setelah memuncak pada akhir pemerintahan Walikota Jokowi, yaitu sebanyak 32 event pada 2011 dan 46 event pada 2012 menjadi 27 event pada 2013 kemudian menjadi 20 event pada 2014.