Bisnis.com, SINGAPURA - Harga minyak naik di perdagangan Asia pada hari ini, Jumat (8/8/2014), menguat setelah Presiden AS Barack Obama mengatakan pihaknya telah resmi memberikan otoritas serangan udara terhadap militan ekstremis Sunni di produsen minyak mentah utama Irak.
Patokan AS, minyak mentah West Texas Intermediate untuk pengiriman September naik US$35 sen menjadi US$97,69, sedangkan Brent untuk penyerahan September naik US$67 sen menjadi US$106,11 pada Jumat pagi.
Obama dalam pidato Kamis malam mengatakan dirinya memerintahkan serangan udara untuk mencegah genosida oleh apa yang disebut pejuang Negara Islam terhadap minoritas Yazidi di utara Irak.
"Karena itu saya resmi memberi otoritas serangan udara yang ditargetkan jika diperlukan untuk membantu pasukan di Irak karena mereka berjuang untuk mematahkan pengepungan dan melindungi warga sipil yang terperangkap di sana," Kata Obama.
Namun, Obama tidak mengatakan apakah serangan udara telah dilakukan.
Desmond Chua, analis pasar pada CMC Markets di Singapura, mengatakan pembangunan bisa menambahkan premi risiko yang signifikan terhadap harga minyak karena dealer khawatir tentang potensi gangguan pasokan.
"Pengumuman ini tentu sedikit menambah kekhawatiran geopolitik seputar Irak dan kawasan Timur Tengah, dan muncul sebagai suatu kejutan bagi investor," kata Chua.
Pemberontak Negara Islam kini menguasai sebagian besar wilayah utara Irak dan barat. Serangan yang dimulai pada 9 Juni, mencegah Baghdad melakukan ekspor minyak melalui pipa ke Turki dan melalui jalan darat ke Yordania.
Kementerian Perminyakan Irak pada 24 Juli mengatakan ekspor minyak mentah mencapai 2,42 juta barel per hari pada Juni, jauh di bawah yang diproyeksikan 3,4 juta barel per hari.
Sebagai produsen nomor dua anggota OPEC, Irak memiliki 11% cadangan terbukti dunia dan memainkan peran penting di pasar dunia dan harga setelah kekerasan anggu ekspor minyak dari Suriah dan Libya.
Penurunan dalam ekspor menambah kesengsaraan Irak, yang sangat tergantung pada pendapatan minyak, sedangkan belanja lebih besar untuk peralatan militer guna memerangi kelompok Islamic State.