Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

McDonalds Pesimistis Pendapatan di Regional China

McDonalds Corp menyatakan pesimistis terhadap pendapatannya selama 2014 di regional China dan sekitarnya, setelah korporasi penyedia makanan cepat saji tersebut tersandung skandal penggunakan produk daging kadaluarsa untuk menunya.
McDonalds Jepang pun pesimis dengan pendapatan sepanjang 2014. /Bisnis.com
McDonalds Jepang pun pesimis dengan pendapatan sepanjang 2014. /Bisnis.com

Bisnis.com, LOS ANGELES – McDonald’s Corp menyatakan pesimistis terhadap pendapatannya selama 2014 di regional China dan sekitarnya, setelah korporasi penyedia makanan cepat saji tersebut tersandung skandal penggunakan produk daging kadaluarsa untuk menunya.

Seperti diketahui, 20 Juli lalu sebuah laporan investigasi TV lokal China menemukan perusahaan pemasok daging utama bagi McDonald’s menggunakan daging kadaluarsa. Merespon laporan tersebut, otoritas China segera menutup perusahaan pemasok, Shanghai Husi Food Co Ltd.

“Peristiwa ini berdampak negatif pada pendapatan, kami tidak dapat memperkirakan laba pada 2014 ini,” kata pihak McDonald, yang mengelola setidaknya 2000 restoran McDonald’s di China.

Setelah peristiwa tersebut, McDonald’s langsung menarik menunya yang mengandung daging. McDonald’s kehilangan kepercayaan pelanggangnnya. Sayangnya, peristiwa ini juga berdampak pada hilangnya pelanggan pesaing McDonald’s yaitu Yum Brands Inc dan KFC.

Di sisi lain, penjualan di China dinilai dapat melukai pendapatan McDonald’s secara keseluruhan, karena penjualan di Asia/Pacific, Timur Tengah, dan Afrika berkontribusi sebesar 15% terhadap total pendapatan operasional.

Tak hanya China, pengelola McDonald’s Jepang pun pesimis dengan pendapatan sepanjang 2014. Pada 29 Juli lalu, McDonald’s Jepang memangkas prediksi pendapatan mereka setelah penjualan turun 15%-20% per hari. Pendapatan diproyeksikan turun 11,7 miliar yen atau setara US$115 juta pada 2014. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dara Aziliya
Editor : Fatkhul Maskur
Sumber : Reuters

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper