Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Misaharati Mulai Tergerus Zaman, Ini Penyebabnya

Setiap hari sekitar pukul 02:00 selama bulan suci Ramadhan, Zaid Daifallh, lebih dikenal sebagai Abu Bashar, meninggalkan rumahnya dengan hanya drum dan tongkat di tangan.
  Santap bersama saat sahur/
Santap bersama saat sahur/

Bisnis.com, JAKARTA- Setiap hari sekitar pukul 02:00 selama bulan suci Ramadhan, Zaid Daifallh, lebih dikenal sebagai Abu Bashar, meninggalkan rumahnya dengan hanya drum dan tongkat di tangan.

Bunyi keras dari suara drum tersebut membuat anak-anak berduyun-duyun datang kepadanya dan menemani berjalan-jalan di antara gang-gang kecil, dihiasi dengan lampu berkedip berbentuk seperti bulan sabit, bintang, dan lentera.

Daifallh mengatakan gerakan yang ia lakukan bertujuan untuk mengingatkan penduduk Wihdat, sebuah kamp di Amman Timur bahwa sudah waktunya untuk sahur.

"Dua puluh tahun lalu, rute jalan-jalan sempit akan kosong dan gelap seperti tak seorang pun akan terjaga pada jam ini," kata pria berusia 42 tahun itu seperti dikutip dari Al Jazeera, Senin (28/7/2014).

Dia mengatakan tidak akan meninggalkan jalan sampai dirinya melihat semua rumah menyala dan orang-orang yang naik.

Tradisi membangunkan anggota masyarakat lainnya untuk sahur sudah ada sejak masa awal Islam.

"Selama Nabi Muhammad, panggilan untuk doa atau adzan digunakan untuk mengingatkan orang-orang untuk makan sahur sebelum adzan sebenarnya untuk Fajr (subuh) doa, setelah itu orang akan menjauhkan diri dari makan," jelas Abdul Rahman ibdah, seorang ahli Sejarah Islam di kementerian Yordania urusan Islam.

"Misaharati bukan merupakan bagian dari ajaran Islam tetapihal itu baik," katanya kepada Al Jazeera.

Beberapa sejarawan percaya bahwa pertama Misaharati muncul di Mesir pada 853. Gubernur Mesir saat itu, Otbah Ben Issac, memulai tradisi sambil berjalan melalui jalan Kairo dalam perjalanan untuk makan sahur.

Nyanyian tradisional di Misaharati adalah panggilan untuk membangunkan bagi orang untuk mengingat Allah. "Silakan bangun untuk menyembah Pencipta."

Lebih dari 11 abad kemudian, beberapa Misaharatis yang masih berjalan melalui jalan-jalan Amman sedang berjuang untuk mempertahankan tradisi itu agar tetap hidup ketika Negara itu tengah dalam ketergantungan pada teknologi.

Sebelum orang memiliki akses ke jam alarm dan ponsel, profesi Misaharati adalah suatu keharusan.

"Sangat menyedihkan bagaimana bentuk berharga dari seni sekarat," kata salah satu Misaharati, Abu Saad Moghrabi, yang mewarisi praktek dari ayahnya, seorang pengikut tasawuf atau Islam spiritual.

Ayahnya yang berumur 50-tahun yang bekerja di sebuah bar jus di pusat kota Amman saat siang hari mengungkapkan bila ia merasa tanggung jawab untuk berjalan jalan-jalan di lingkungan Jabal al-Hussein, tempat yang sama ia mulai menyerukan sahur lebih dari 30 tahun yang lalu.

"Aku menggunakan lentera dan berjalan dengan ayah saya sebagai anak kecil. Aku merasakan hubungan spiritual yang kuat untuk jalan-jalan ini," katanya.

Sementara, Jameela Yusuf kembali teringat bagaimana dulu ia mengandalkan ketukan drum dan nyanyian dari Misaharati untuk membangunkannya untuk mempersiapkan sahur untuk anak-anaknya.

"Karena saat itu hanya ada satu keluarga di seluruh kamp yang mampu membeli tiga dinar (US$5) jam alarm," katanya.

Namun kini, setiap orang dalam keluarga memiliki setidaknya satu ponsel mereka dan mereka bangun tanpa masalah."

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper