Bisnis.com, MOSKWA—Rusia secara mengejutkan menaikkan suku bunga acuannya untuk ketiga kalinya tahun ini di tengah memanasnya konflik Ukraina dan ancaman sanksi dari ‘barat’.
Website bank sentral Rusia menyebutkan suku bunga acuan naik menjadi 8% dari posisi sebelumnya yatiu 7,5%. Tidak satupun ekonom yang disurvei Bloomberg memprediksi kenaikan tersebut.
Negeri Beruang Merah terjebak dalam krisis politik terburuk dengan Amerika Serikat dan sekutunya sejak akhir Perang Dingin.
Penaikan suku bunga merupakan strategi Rusia untuk meredam prospek kenaikan inflasi dan eksodus modal yang mencapai US$74,6 miliar pada semester pertama tahun ini.
“Krisis geopolitik yang semakin memanas belakangan ini menjadi faktor terkuat pengetatan moneter Rusia,” ungkap Elvira Nabiullina, Gubernur bank sentral Rusia di Moskwa, Jumat (25/7/2014).
Selain itu, bank sentral itu juga menekankan risiko inflasi dan depresiasi rubel menjadi akibat dari memanasnya konflik geopolitik Ukraina-Rusia. Suku bunga acuan akan terus terkerek naik jika risiko inflasi semakin meningkat.
Merespons keputusan bank sentral Rusia, rubel melemah 0,2% terhadap dolar menjadi 35,09 di Moskwa. Rubel mencatatkan kinerja terburuk di antara mata uang emerging markets lainnya sejak AS menjatuhkan sanksi pertamanya pada Rabu (16/7/2014).