Bisnis.com, MOSKWA—Bank sentral kemungkinan mempertahankan suku bunga acuan di tengah tingginya tekanan inflasi dan sanksi dari ‘barat’.
Berdasarkan survei Bloomberg, mayoritas ekonomi menyebutkan suku bunga acuan tidak berubah dari posisi terakhir yaitu 7,5% sedangkan sisanya memprediksi adanya pemangkasan.
Ancaman sanksi dari AS dan Uni Eropa serta tren suku bunga rendah dari Polandia hingga Hungaria bakal menjauhkan Rusia dari perubahan kebijakan moneter.
Sepanjang tahun ini, bank sentral Rusia menaikkan suku bunga hingga dua kali sejak Februari 2014 untuk meredam inflasi dan mengurangi ketidakpastian pasar akibat krisis Ukraina.
“Bank sentral akan membiarkan suku bunga di level 7,5%. Risiko sanksi, depresiasi rubel, dan lambatnya penurunan inflasi menjadi penyebab di balik keputusan itu,” kata Dmitry Polevoy, Ketua Ekonom ING Groep NV di Moskwa, Kamis a(24/7)
Sebelumnya, pemerintah memprediksi ekonomi Negeri Beruang Merah itu terdongkrak 0,5% tahun ini, setelah tumbuh 1,3% tahun lalu. Angka itu merupakan laju terlemah sejak kontraksi 2009.