Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

G-20: OECD Paparkan Laporan Rantai Nilai Global 2014

Laporan gabungan tentang Rantai Nilai Global (Global Value Chain/GVC) dipaparkan oleh Sekjen OECD Angel Gurnia di sela-sela Pertemuan Tingkat Menteri Perdagangan G-20 di Sydney, Australia akhir pekan lalu.n
 Pertemuan G-20 digelar di Australia/
Pertemuan G-20 digelar di Australia/

Bisnis.com, JAKARTA – Laporan gabungan tentang rantai nilai global (global value chain/GVC) dipaparkan oleh Sekjen OECD Angel Gurnia di sela-sela Pertemuan Tingkat Menteri Perdagangan G-20 di Sydney, Australia akhir pekan lalu.

Laporan tersebut diluncurkan oleh Organisasi Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD), Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), dan Grup Bank Dunia (WBG).

“Perdagangan, investasi, dan pengembangan rantai nilai global dibatasi oleh sejumlah masalah seperti hambatan dalam proses produksi dan sektor pertanian, lemahnya pengembangan untuk membuka pasar jasa, masih banyaknya larangan perdagangan di perbatasan, dan belum selesainya upaya dalam fasilitasi perdagangan,” jelas Gurnia dalam keterangan resmi Kemendag RI yang dilansir Senin (21/7/2014).

Laporan gabungan tersebut mengungkapkan sukses di pasar internasional sangat bergantung pada kapasitas mengimpor bahan baku dengan kualitas terbaik untuk meningkatkan kapasitas ekspor.

Sekretaris Jenderal OECD menyampaikan bahwa lebih dari 70% aktivitas perdagangan didominasi sektor jasa dan barang setengah jadi.

“Integrasi ke dalam rantai nilai global saat ini akan menentukan peluang pertumbuhan perdagangan di masa mendatang dan pola investasi asing,” ucap Sekretaris Jenderal OECD.

Menanggapi laporan gabungan tersebut, beberapa negara termasuk Indonesia turut memberi pandangan. Menteri Perdagangan Indonesia menyampaikan bahwa sektor otomotif merupakan rantai nilai global yang paling dominan di Indonesia.

Sebagai negara tujuan utama investasi otomotif, Indonesia menjadi produsen bagi merek dagang otomotif seperti Toyota, Daihatsu, dan Suzuki. Tumbuhnya invetasi mendorong pertumbuhan masyarakat kelas menengah di Indonesia.

“Pertumbuhan masyarakat kelas menengah tumbuh cepat sejak peningkatan investasi tahun 2010–2013. Jumlah masyarakat kelas menengah Indonesia lebih tinggi tiga kali lipat dari Filipina, empat kali lipat dari Thailand, lima kali lipat dari Vietnam, dan enam kali lipat dari Malaysia,” ujar Lutfi.

Pertumbuhan kelas menengah ini menjadikan Indonesia sebagai negara tujuan investasi bagi beberapa negara, salah satunya Jepang. Dengan pertumbuhan yang pesat ini, Indonesia akan bertransformasi dari negara konsumen dan importir menjadi negara produsen dan eksportir.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper