Bisnis.com, MOSKWA— Pemerintah Rusia tengah berdebat untuk menggelontorkan sejumlah stimulus guna mengatasi melonjaknya utang pemerintah regional yang hampir menyentuh level tertinggi selama 5 tahun terakhir.
Kementerian Keuangan mencatat utang pemerintah lokal terakselerasi menjadi 1,7 triliun ruble (US$49 miliar) pada Mei tahun ini, hampir mendekati posisi tertinggi sejak 2009.
Data lainnya yang dirilis UralSib Capital menyebutkan permintaan investor premium atas obligasi pemerintah daerah Rusia senilai 37 basis poin, lebih banyak dari rata-rata tahun lalu.
Standard & Poor sempat mengemukakan kemungkinan untuk memberlakukan kembali pajak penjualan 3% secara fundamental tidak akan mengatasi persoalan yang diderita 85 daerah di Rusia. Pasalnya, sejumlah daerah di Rusia masih berupaya keras untuk membiayai belanja sosialnya.
Bahkan, pemerintah daerah berisiko mengalami kebangkrutan jika tidak segera menemukan sumber pendanaan untuk membiayai belanjanya.
“Pajak penjualan itu bagaikan setetes air di dalam ember. Itu akan membantu, tetapi tidak banyak,” ucap Anton Tabakh, ekonom senior Institute of Energy and Finance di Moskwa, Rabu (16/7).
Berdasarkan data Bloomberg, pemerintah daerah meningkatkan penjualan obligasi hingga 40,6 miliar ruble tahun ini, lebih banyak dari tahun lalu.
Kontras dengan pemerintah daerah, penawaran obligasi dari korporasi justru melorot menjadi 49% menyusul krisis Ukraina yang mengerek naik biaya pinjaman.
Pemerintah terus memacu belanja mulai dari renovasi rumah sampai menaikkan upah sehingga kemampuan pembayaran tersebut bergantung dari pajak pendapatan.
Sayangnya, melambatnya ekonomi Negeri Beruang Merah sejak 2009 membayangi peningkatan pemasukan dari pendapatan pajak.