Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

HEADLINES KORAN: Harga Gas Tangguh Naik Jadi US$8 Per MMBTU

Isu keberhasilan negosiasi Indonesia menaikkan harga gas Tangguh yang membuat Indonesia meraup US$20,8 miliar hingga akhir kontrak menjadi sorotan utama berbagai media nasional hari ini, Selasa (1/7/2014) selain soal investasi saham dan reksa dana berbasis saham yang menjadi instrumen investasi penyumbang imbal hasil paling tinggi ketimbang instrumen lainnya.
 Ilustrasi/Bisnis.com
Ilustrasi/Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA— Isu keberhasilan negosiasi Indonesia menaikkan harga gas Tangguh yang membuat Indonesia meraup US$20,8 miliar hingga akhir kontrak menjadi sorotan utama berbagai media nasional hari ini, Selasa (1/7/2014) selain soal investasi saham dan reksa dana berbasis saham yang menjadi instrumen investasi penyumbang imbal hasil paling tinggi ketimbang instrumen lainnya.

Berikut ini ringkasan berita-berita utama media Ibu Kota:

Harga Gas Tangguh Naik
Setelah melalui proses negosiasi yang alot dengan Tiongkok, tim perunding Pemerintah Indonesia berhasil menaikkan harga jual gas Tangguh. Dengan kenaikan harga ini, Indonesia akan mengantongi US$20,8 miliar akhir kontrak pada 2034. Sebelumnya harga gas itu disepakati US$2,7 per juta metrik British thermal unit setelah pada 2006 dinegosiasi untuk naik menjadi US$3,3. (KOMPAS)

Racikan Investasi Pilihan Paruh II-2014
Di separuh pertama tahun ini, kinerja sejumlah instrumen investasi bergerak bervariasi. Sejauh ini, investasi saham dan reksa dana berbasis saham menjadi instrumen investasi penyumbang imbal hasil atau return paling tinggi ketimbang instrumen lainnya. (KONTAN)

Harga Gas Tangguh Naik Jadi US$8 Per MMBTU
Setelah renegosiasi selama 1,5 tahun, pemerintah Indonesia berhasil menaikkan harga jual gas alam cair (LNG) dari Kilang Tangguh ke pembeli di Fujian, Tiongkok menjadi US$8 per million metric British thermal unit (MMBTU) dari US$3,3 per MMBTU. Dengan harga baru yang mulai berlaku hari ini, pemerintah Indonesia akan memperoleh tambahan pendapatan sebesar Rp9 triliun per tahun hingga kontrak berakhir pada 2034. (INVESTOR DAILY)


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Nurbaiti
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper