Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jabar Genjot Hortikultura untuk Ekspor

Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan (Diperta) Jawa Barat terus menggenjot komoditas unggulan hortikultura guna berdaya saing dengan produk impor, bahkan ekspor.

Bisnis.com, BANDUNG—Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan (Diperta) Jawa Barat terus menggenjot komoditas unggulan hortikultura guna berdaya saing dengan produk impor, bahkan ekspor.

Kepala Bidang Produksi Hortikultura Diperta Jabar Obas Firmansyah mengatakan kontribusi komoditas unggulan hortikultura di kawasan ini cukup besar bagi nasional.

Komoditas yang menjadi unggulan antara lain mangga gedong gincu, manggis, jeruk, kentang, paprika, dan lainnya.

"Itu beberapa komoditas yang kontribusinya terhadap nasional rangking pertama," katanya, Kamis (19/6/2014).

Klasterisasi jadi tumpuan untuk menggenjot komoditas hortikultura ini agar produksinya mengalami peningkatan.

Obas menyebutkan klasterisasi hortikultura ini terbagi ke dalam empat kelas antara lain  buah-buahan, tanaman sayuran, tanaman hias, dan tanaman obat-obatan.

"Dengan klasterisasi para petani bisa saling menguatkan dan pembinaan yang dilakukan lebih efisien sehingga lebih produktif," katanya.

Dia menjelaskan jika petani bergerak sendirian, maka ketika gagal panen akan cepat menyerah.

"Sementara dalam klasterisasi para petani bisa sharing dan saling menyemangati."

Pihaknya meyakini pada tahun ini produksi hortikultura akan terus meningkat sesuai target yang telah ditentukan.

“Pada akhirnya hasil panen petani akan banyak diserap oleh kalangan eksportir dalam jumlah besar,” katanya.

Eksportir hortikultura di Jawa Barat pada tahun ini menargetkan peningkatan ekspor sebesar 20% atau mencapai 15.000 ton dari 2013 lalu yang hanya mencapai 11.250 ton.

Manajer Research and Development PT. Alamanda Sejati Utama Agus Edi Wahluya mengungkapkan total nilai ekspor yang sempat menyusut pada 2013 lalu mencapai US$ 18 juta.

"Ekspor pada 2013 mengalami penyusutan 20% dari 2012, tahun ini kami menargetkan total volume ekspor dapat kembali seperti 2012 lalu sebesar 15.000 ton dengan nilai US$ 25 juta," ujar Edi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper