Cari berita
Bisnis.com

Konten Premium

Bisnis Plus bisnismuda Koran Bisnis Indonesia tokotbisnis Epaper Bisnis Indonesia Konten Interaktif Bisnis Indonesia Group Bisnis Grafik bisnis tv

Lahan Perkebunan di Jabar Banyak Nganggur

Masyarakat Agribisnis dan Agroindustri Indonesia (MAAI) Jawa Barat meminta pemerintah mengoptimalkan lahan perkebunan di kawasan ini yang belum tergarap.
Adi Ginanjar Maulana
Adi Ginanjar Maulana - Bisnis.com 16 Juni 2014  |  14:32 WIB
Lahan Perkebunan di Jabar Banyak Nganggur

Bisnis.com, BANDUNG—Masyarakat Agribisnis dan Agroindustri Indonesia (MAAI) Jawa Barat meminta pemerintah mengoptimalkan lahan perkebunan di kawasan ini yang belum tergarap.

Ketua Bidang Pemasaran MAAI Jabar Iyus Supriyatna mengatakan selama ini masih banyak wilayah yang belum tergarap optimal, misalnya di wilayah Jabar selatan.

Menurutnya, garapan perkebunan di Jabar selatan yang berpeluang mendongkrak pendapatan petani antara lain kunyit dan tebu.

“Selama ini kunyit itu banyak yang diekspor. Belum tergarapnya lahan perkebunan yang ribuan hektare bisa dimanfaatkan untuk komoditas ini. Begitupula dengan tebu, yang selama ini masih berbasis di Jabar utara,” katanya, Senin (16/6/2014).

Dengan adanya pengoptimalan dengan dua komoditas ini saja pendapatan masyarakat akan semakin terdongrak. Apalagi, katanya, jika pemerintah mengoptimalkan seluruh komoditas yang ada untuk dikembangkan.

“Misalnya kedelai bisa jadi tanaman selingan di perkebunan tembakau. Kan selama ini Indonesia masih impor kedelai, jadi dengan pemanfaatan itu bisa menjadi nilai tambah bagi masyarakat,” jelasnya.

Gabungan Petani Perkebunan Indonesia (Gapperindo) Jawa Barat menilai selain banyak perkebunan yang belum tergarap optimal, kerusakan insfrastruktur pun menyebabkan penurunan harga jual komoditas perkebunan 10-15%.

Ketua Gapperindo Jabar Mulyadi Sukandar mengatakan kerusakan infratsruktur jalan berakibat terganggunya usaha perkebunan serta pertanian, mulai budi daya, pemasaran, perdagangan, dan distribusi.

“Kerusakan jalan membuat kualitas produk-produk segar menurun akibat goncangan di jalan rusak serta lebih lamanya waktu pengiriman ke pembeli,” kata Mulyadi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini, di sini :

perkebunan
Editor : Rustam Agus

Artikel Terkait



Berita Lainnya

    Berita Terkini

    back to top To top