Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penjualan sayuran di pasar tradisional. Jabar genjot konsumsi buah dan sayur/Bisnis
Penjualan sayuran di pasar tradisional. Jabar genjot konsumsi buah dan sayur/Bisnis

Bisnis.com, BANDUNG—Pemerintah Provinsi Jawa Barat terus menggenjot konsumsi buah dan sayur-sayuran yang masih rendah meskipun produksinya tergolong besar.

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jabar Ferry Sofwan Arief adalah salah satu daerah dengan kontribusi produksi buah yang sangat besar di Indonesia. Buah-buahan dari Jabar misalnya saja alpukat memberikan kontribusi sebesar 30% terhadap produksi nasional.

“Jambu biji sekitar 32%, buah manggis 41%, dan pisang 20%,” katanya di Bandung, Senin (16/6/2014).

Menurutnya, tingkat konsumsi yang rendah masih dibarengi dengan minimnya pengetahuan konsumen akan asal muasal produk buah tersebut. Tak hanya pemahaman lokal, hal ini juga terjadi pada konsumen di luar negeri. “Banyak orang-orang dari luar Indonesia menganggap manggis sebagai buah eksotis dari negara tropis," tuturnya.

Ferry menilai guna mendorong jumlah konsumsi buah dan sayur ini harus didukung oleh kreatifitas dan inovasi industri secara terus menerus oleh para pelaku usaha. Tak hanya itu kualitas produk, penyajian serta kemasan pun harus dibuat menarik agar mampu bersaing terutama menghadapi masyarakat ekonomi Asean

Dia mengakui, tak hanya di tingkat lokal tingkat konsumsi buah dan sayur masyarakat Indonesia masih jauh dari angka ideal yang ditetapkan badan pangan dunia (FAO). Padahal Indonesia termasuk juga Jawa Barat merupakan penghasil buah dan sayur yang sangat besar dan beragam.

FAO sendiri mensyaratkan konsumsi buah dan sayur ideal 65,75 kg per kapita per tahun, sementara orang Indonesia baru 40 kg perkapita per tahun.  Buah-buahan dan sayur-mayur menjadi salah satu potensi bagi Jawa Barat untuk meningkatkan perekonomian masyarakat.

“Selama ini, buah-buahan dan sayur-mayur hanya dijadikan sebagai konsumsi instan saja,” katanya.

Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar meminta para pelaku usaha yang mengolah makanan dan buah jadi produk massal memperhatikan sisi higienitas. Wagub Jabar Deddy Mizwar mengatakan selain kemasan produk, yang tak kalah penting dan harus diperhatikan adalah higienitas dan kehalalan produk tersebut.

“Sebab saat ini banyak produk diragukan untuk dikonsumsi,” katanya.

Menurutnya, saat ini banyak berseliweran di pasar isu ketidakhalalan. Ada beberapa hal yang harus diperhatian serius oleh pelaku usaha dalam mengasilkan produk. Sedikitnya ada lima hal yang meliputi higienitas, rasa, kemasan, harga, dan sertifikasi halal. “harus diwaspadai, kehalalan makanan tersebut. Harus fokus jangan sampai makanan yang diolah meragukan untuk kita konsumsi," tuturnya.

Wagub sendiri meminta para pelaku usaha tidak perlu khawatir terkait pasar yang bisa mengkonsumsi produk-produk tersebut. Karena Jawa Barat merupakan pasar yang sangat besar dengan 45 juta penduduknya.

Selain itu ada peluang dari banyaknya wisatawan dan ekspor keluar negeri.

“Jadi pasarnya sudah ada, tinggal modifikasi dan kreatifitas supaya berbeda dengan yang lain. Potensi bahan baku juga sudah banyak," katanya.

Terpisah, Pemkab Bandung tengah menggenjot lahan tanaman komoditas jambu kristalnya seluas 10 hektare di Kecamatan Cimaung. Dengan demikian, total tanaman hias jambu kristal Kab Bandung mencapai 15 hektare.

Kepala Dinas Pertanian, Kehutanan dan Perkebunan Kab. Bandung Tisna Umaran mengatakan, anggaran untuk meningkatkan tanaman jambu itu pihaknya mengandalkan pasokan anggaran dari APBN dan APBD. "Kalau tahun lalu kami menganggarkan Rp50 juta untuk tiap 5 hektarenya untuk pengadaan bibitnya," ujarnya.

Menurutnya, untuk sementara waktu pihakya akan mengembangkan jambu kristal hanya di Cimaung, tapi tidak menutup kemungkinan beberapa waktu ke depan akan dikembangkan ke daerah lainnya.

Pasalnya, jambu kristal ini bisa tumbuh di dataran yang memiliki ketinggian 200 - 800 meter diatas permukaan laut (mdpl)."Di daerah lain pun bisa ditanam. Tapi, karena Cimaung sudah dari dulu mengembangkan jambu getas merah. Nanti kita akan sebar bibitnya ke daerah lain," ujarnya.

Alasannya mengembangkan jambu varietas tanpa biji itu lantaran daging buahnya lebih tebal dan renyah dan rasanya cukup manis serta harganya cukup mahal.

Adapun kandungan vitamin, sama dengan jambu getas merah atau jambu lainnya. Di daerah lain di Jabar, jambu ini sudah lama dikembangkan dan memiliki nilai ekonomi tinggi. Apalagi, jambu ini disebut pula buah pir-nya Indonesia.

 "Harga jual jambu kristal di tingkat petani sebesar Rp15.000 per kilogram. Kalau di pasaran bisa mencapai Rp20.000 - 25.000 per kilogram. Inilah yang menjadi daya tarik dikembangkan jambu kristal ini," paparnya. (Hedi Ardhia)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Ismail Fahmi

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper