Bisnis.com, JAKARTA -- Partai Demokrat seolah menunjukkan sikap yang kian tidak jelas terkait dukungan pada pemilihan presiden tahun ini.
Secara resmi, Partai Demokrat tidak bergabung dengan koalisi Prabowo Subianto-Hatta Rajasa maupun Joko Widodo-Jusuf Kalla.
Ketua Umum sekaligus Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono secara resmi menyatakan bahwa partainya akan bersikap netral dalam pilpres ini. Hal itu disampaikan SBY usai gelaran pemilu legislatif lalu.
Di sisi lain SBY mempersilahkan seluruh kader untuk memilih dan mendukung capres cawapres yang ia yakini memiliki kesamaan visi misi dengan Partai Demokrat. Hal inilah yang seolah menjadi celah pemberian dukungan untuk Prabowo-Hatta.
Tanggal 1 Juni lalu, secara resmi Partai Demokrat menyatakan adanya kesamaan visi misi dengan Prabowo-Hatta. Hal itu disampaikan langsung oleh Ketua Harian Partai Demokrat Syarief Hasan usai menggelar pemaparan visi misi dan tanya jawab antara Prabowo-Hatta dengan seluruh petinggi partainya.
Sementara hari ini, Senin (16/6/2014), giliran Fraksi Partai Demokrat yang menyatakan siap membantu pemenangan pasngan Prabowo-Hatta. Penyampaian komitmen ini dipimpin langsung oleh Ketua Fraksi sekaligus Wakil Ketua Umum Partai Demokrat Nurhayati Ali Assegaf.
"Secara koalisi kita tidak bergabung, tapi kita mendeklarasikan diri. Supaya kader-kader di bawah tahu ke mana arah kita," kata Nurhayati di Hotel Crown, Jakarta.
Beberapa kader Partai Demokrat, diakui Nurhayati, bahkan siap untuk membuka posko pemenangan Prabowo-Hatta di daerah pemilihannya masing-masing.
Sementara itu, Prabowo menilai dukungan tanpa harus bergabung dalam koalisi yang dilakukan oleh Partai Demokrat ini hanyalah sebuah strategi SBY agar tidak dinilai banyak kalangan terlalu bersikap pragmatis dalam pilpres.
Yang penting bagi Prabowo adalah mendapat bantuan dan sokongan mesin politik dari seluruh kader Partai Demokrat untuk memenangkan dirinya pada 9 Juli nanti.
"Ada yang tanya kenapa Partai Demokrat tidak langsung gabung saja dalam koalisi. Ini bagian dari strategi SBY. Pemimpin bangsa tidak suka yang praktis-praktis. Beliau kan sudah bapak bangsa, masa suruh ikut yang praktis-praktis," tutur Prabowo.
Sebagai orang Jawa, Prabowo menilai wajar sikap yang ditunjukkan SBY itu.
"Falsafah Jawa itu kan tidak harus diucapkan. Cukup dengan lirikan mata kita mengerti maksudnya apa," imbuhnya.
Fakta dukungan Partai Demokrat ini seperti berbanding terbalik dengan keputusan SBY yang mengharuskan partai pemenang Pemilu 2009 itu bersikap netral. SBY seolah tidak tegas saat memberikan instruksi kepada jajarannya.
Namun, menurut Prabowo, meskipun SBY memiliki sifat yang lembut, bukan berarti dia tidak memiliki ketegasan saat mengambil keputusan.
"Saya belajar banyak dari leadership beliau. Sebagai orang lapangan, orang tempur, akhirnya dibuat citra bahwa saya ini orang yang keras, Pak SBY orang yang lembut. Padahal ada juga kekerasan beliau. Mungkin saya tampang keras, tapi mungkin ada kelembutan di hati saya," paparnya.
Terkait deklarasi dukungan dari Fraksi Partai Demokrat, menurut Prabowo hal itu hanyalah penegasan dari dukungan riil yang diberikan partai tersebut.\ Pasalnya selama ini, lanjutnya, Partai Demokrat selalu terlibat dalam kampanye yang dilakukan dirinya.
"Setiap saya kampanye saya lihat bendera Partai Demokrat sangat banyak dan sangat besar. Kadang-kadang saya agak terpukul juga, lebih banyak dari bendera Partai Gerindra. Jadi kadang-kadang tidak diumumkan resmi tapi faktanya ada dimana-mana dukungannya," tuturnya.