Bisnis.com, JAKARTA—Jepang berisiko kehilangan posisi sebagai negara kreditor terbesar dunia setelah mengalami penurunan jumlah simpanan, sehingga tidak memadai untuk membiayai utang publik yang membengkak, menurut survei Bloomberg News.
Surplus transaksi berjalan yang selalu mendorong posisi aset bersih Jepang hingga yang terbesar di dunia mulai 1991 kini mulai berbalik, menurut 10 dari 16 ekonom berdasarkan survei Bloomberg News. Sembilan di antara mereka memproyeksikan akan terjadi defisit berkelanjutan pada akhir 2020.
Jepang memiliki aset bersih senilai 325 triliun yen pada akhir 2013, sedangkan China berada di posisi kedua dengan aset 208 triliun yen, menurut kementerian keuangan negara itu.
Ketika populasi usia tua membuat simpanan Jepang berkurang, negara itu akan menjadi lebih bergantung pada kreditor luar negeri untuk membiayai defisit anggaran dan mengelola beban utang.
Peralihan ke defisit transaksi berjalan bisa mengarah ke peningkatan dalam imbal beli obligasi pada saat investor mengkaji kembali prospek negara itu. Selain itu, peningkatan imbal beli obligasi akan memuluskan jalan bagi China untuk mengalahkan kembali negara lain sebagai kreditor terbesar dunia.
“Peluang China untuk mengalahkan Jepang pada awal 2020 dalam hal jumlah aset bersih di luar negeri menjadi besar,” ujar Hidenori Suezawa, analis pasar keuangan dari SMBC Nikko Securities Inc. sebagaimana dikutip Bloomberg, Selasa (10/6/2014).