Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Stagnasi Inflasi Dorong India Pertahankan Suku Bunga

Bank sentral India mempertahankan tingkat suku bunga, sebagai respons inflasi masih stagnanpada level 8,59% pada April, laju tercepat di antara 18 negara Asia lain yang dipantau oleh Bloomberg.
Ilustrasi/Bisnis.com
Ilustrasi/Bisnis.com

Bisnis.com, MUMBAI - Bank sentral India mempertahankan tingkat suku bunga, sebagai respons inflasi masih stagnanpada level 8,59% pada April, laju tercepat di antara 18 negara Asia lain yang dipantau oleh Bloomberg.

Gubernur bank sentral India Raghuram Rajan  memutuskan untuk tidak merubah tingkat suku bunga sebesar 8%. Hal tersebut disampaikan oleh Reserve Bank of India, Selasa (3/6), sejalan dengan prediksi 38 analis yang disurvei Bloomberg News.

Rajan telah menaikkan 75 basis poin tigkat suku bunga untuk melawan kenaikan harga yang cukup pesat di Asia, sejak ia menjabat pada September 2013 lalu. India memberi sinyal akan melonggarkan kebijakan moneter jika inflasi terus melambat di luar perkiraan. Hingga awal tahun depan, inflasi diprediksikan stagnan di sekitar level 8%.

 “Jika laju inflasi lebih cepat dari yang diantisipasi, itu akan memberikan ruang untuk pelonggaran kebijakan,” kata Rajan, Selasa (3/6/2014).

Kemungkinan terjadinya el nino juga berdampak langsung pada kenaikan harga. Selain itu, tekanan geopolitik yang diperkirakan akan mempengaruhi harga bahan bakar, tampaknya membutuhkan campur tangan pemerintah dalam mengurus pasokan pangan dan perbaikan konsolidasi fiskal.

Menurut ekonom Nomura Holdings Inc, Sonal Varma, salah satu faktor kritis yang akan membuka jalan bagi RBI untuk menurunkan tingkat suku bunga yaitu koreksi rencana fiskal yang kredibel dan kebijakan pemerintah untuk mengelola ekonomi jangka panjang.

“RBI tidak bisa memberi dukungannya jika inflasi tetap tinggi di tengah risiko cuaca buruk,” kata Varma.

Rajan juga menurunkan proporsi deposito bank yang harus diinvestasikan untuk utang pemerintah menjadi 22,5% dari sebelumnya 23%. Pemangkasan ini menunjukkan kebutuhan untuk menyeimbangkan kebutuhan peminjam, seiring penguatan ekonomi yang meningkatkan kredit, dengan kebutuhan pembiayaan pemerintah.

Menurut RBI, penurunan perekonomian yang lebih dalam akan bergantung pada putusan konsolidasi fiskal.

Perdana menteri Narendra Modi yang baru terpilih bulan lalu berhasil membangun optimisme India dengan janji kampanyenya untuk mengurangi tekanan harga dan menggenjot pemulihan pasar. Pasar India diperkirakan tumbuh paling lambat sejak 2009, di antara pasar negara berkembang lain.

Menteri keuangan India Arun Jaitley menyampaikan India dituntut untuk melakukan disiplin fiskal untuk meredam  inflasi, menekan defisit anggaran, dan memacu pertumbuhan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dara Aziliya
Editor : Sepudin Zuhri
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper