Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jika Ekspor Minyak Dibuka, AS Bakal Raup US$1 Triliun

Jika menghapus larangan ekspor minyak yang telah berlaku selama 40 tahun, pemerintah Amerika Serikat diprediksikan akan memperoleh setidaknya US$1 triliun pendapatan hingga 2030, dapat memangkas harga bahan bakar, dan menciptakan rata-rata 300.000 lapangan kerja dalam setahun.
Ilustrasi/Bisnis.com
Ilustrasi/Bisnis.com

Bisnis.com, WASHINGTON - Jika menghapus larangan ekspor minyak yang telah berlaku selama 40 tahun, pemerintah Amerika Serikat diprediksikan akan memperoleh setidaknya US$1 triliun pendapatan hingga 2030, dapat memangkas harga bahan bakar, dan menciptakan rata-rata 300.000 lapangan kerja dalam setahun.

Kesimpulan tersebut disampaikan oleh lembaga penelitian energi berbasis di Colorado-AS, IHS. Laporan IHS yang dipublikasikan Kamis (29/5/2014), IHS melihat masa depan AS yang optimis jika membuka ekspor minyak mentah.

Harga bahan bakar akan turun sekitar 8% per galon karena jika larangan tersebut dihapus, minyak AS akan masuk pasar dunia sehingga harga bahan bakar global akan lebih rendah, tulis laporan tersebut.

Adapun pendapatan pemerintah dari pajak terkait energi dan dari royalti akan meningkat sekitar US$1,3 triliun dalam jangka waktu 2016-2030. Dalam periode tersebut, perusahaan akan meningkatkan produksi minyak mentah rata-rata 340.000 per tahun.

Ini secara signifikan akan menjadi stimulus bagi perekonomian yang dibiayai oleh sektor swasta, bukan oleh pemerintah. Di sisi lain, pemerintah juga akan mendapatkan banyak pemasukan, kata kepala IHS, Daniel Yergin.

Cita-cita ini hanya dapat terwujud jika anggota kongres menahan diri atas pengekangan yang mereka lakukan. Sejak 1973, kongres menetapkan larangan ekspor minyak setelah terjadi guncangan harga, di mana saat itu Arab mengembargo minyaknya dan membuat negeri Paman Sam krisis minyak.

Namun, kini AS tidak lagi perlu mengkhawatirkan pasokan minyak. Beberapa tahun terakhir, AS bergantung pada pengeboran dan proses hidroliknya sendiri yang menghantarkan AS duduk di posisi produsen minyak mentah terbesar di dunia, setelah Arab Saudi dan Rusia. Beberapa ahli energi bahkan memiliki ide untuk meningkatkan lagi produksi minyak mentah AS.

Menurut Yergin, ekspor terbuka AS atas minyak mentah tidak akan merugikan pihak manapun dalam pasar global karena tidak akan menambah jumlah minyak yang diproduksi di seluruh dunia. Meski, ekspor dari negara-negara Timur Tengah akan berkurang.

Tahun ini, para penyusun undang-undang diharapkan untuk mengenalkan langkah-langkah membuka ekspor, sebelum pemilihan umum 4 November mendatang. Menurut Yergin, para penyusun regulasi di AS tengah memperhatikan dampak potensi ekonomi yang muncul sejak terkait peristiwa aneksasi Rusia ke Krimea.

Krisis Ukraina telah membangun poros. Kondisi ini dapat kita manfaatkan untuk mendorong peran dan pengaruh AS melalui kemampuan mengekspor minyak, kata Yergin.

Di tengah konfrontasi Rusia dengan Ukraina dan potensi Rusia memangkas pasokan gas alam dan minyak mentah ke Eropa, beberapa anggota parlemen AS mendesak untuk menyegerakan persetujuan ekspor miyak AS. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dara Aziliya
Editor : Sepudin Zuhri
Sumber : Reuters

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper