Bisnis.com, TOKYO – Meski pelonggaran yang dilakukan pemerintah Jepang dapat memicu inflasi, perekonomian Jepang terancam melambat.
Kondisi ini menuntun Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe untuk melakukan langkah restrukturisasi ekonomi selanjutnya pada Juni mendatang, jika Jepang terus mengalami deflasi.
Deputi Gubernur Bank of Japan (BOJ) Kikou Iwata menyampaikan, jika usaha pemerintah tidak dapat dimaksimalkan, paling tidak inflasi dapat distabilkan meski pertumbuhan Jepang melambat.
Sebelumnya, Gubernur BOJ mendorong pemerintah dan perusahaan untuk ikut berusaha mendorong pertumbuhan negara.
Saat ini, investor tengah menunggu penurunan pajak korporasi, fleksibilitas tenaga kerja, dan perkembangan atas pakta perdagangan antara Jepang dan Amerika Serikat. Abe mempersiapkan pakta ini sebagai fase berikutnya yang ia sebut ‘Panah Ketiga Abenomics’.
Adapun Abenomics merupakan sebutan atas kebijakan restrukturisasi ekonomi yang bertujuan untuk memicu prospek pertumbuhan jangka panjang negeri sakura.
Ekonom Royal Bank of Scotland Group Plc dan bekas dewan BOJ, Junko Nishioka menyampaikan bahwa BOJ mendorong paksa pemerintah untuk meningkatkan potensi Jepang.
“Iwata menyampaikan bahwa kinerja BOJ telah menampakkan hasil, dan sekarang waktunya pemerintah untuk menunjukkan komitmennya dalam mengakhiri deflasi,” kata Nishioka di Tokyo, Selasa (27/5).
Strategi Abe untuk memicu pertumbuhan jangka panjang diwasasi berbagai pihak di saat stimulus moneter telah melemahkan yen dan fluktuasi saham. Indeks saham Topix (TPX) meningkat 0,7% Selasa kemarin, dan diprediksikan menurun sekitar 8% tahun ini setelah mencapai perolehan 50% pada 2013.
PERFORMA EKONOMI
Ekonomi Jepang tumbuh pada laju tercepat pada kuartal I/2014, dan sejak 2011. Jika dirata-ratakan, perolehan tahunan 5,9%, terdorong oleh lonjakan belanja masyarakat Jepang sebelum kenaikan pajak pada 1 April lalu.
Ekonom memprediksikan produksi domestik bruto (PDB) akan jatuh 3,4% pada kuartal II/2014 seiring kembalinya konsumen.
Restrukturisasi ekonomi yang dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan, dapat memicu peningkatan upah. Tingginya upah dapat mendorong kemampuan konsumen dalam berbelanja meski har-harga naik.
Stimulus BOJ membantu meningkatkan inflais inti menjadi 1,3% pada Maret dari -0,4% pada April 2013 lalu ketika bank sentral mulai mengampanyekan pelonggaran ekonomi.
“BOJ menyadari pemerintah tidak melakukan apapun untuk mengatasi persoalan ini. Masyarakat seharusnya mulai komplain atas kebijakan inflasi,” kata masayuki Kichikawa, ekonom Bank of Amerika Corp di Tokyo.
Pada 21 Mei lalu, Gubernur Kuroda menyamoaikan bahwa pemerintah dan perusahaan harus melakukan upaya ekstra untuk mendorong pertumbuhan. Adapun BOJ menargetkan inflasi sebesar 2%.
BOJ mengaku memiliki harapan tinggi pada pemerintah untuk melanjutkan progres dalam meningkatkan pertumbuhan dan potensi ekonomi Jepang.
Bank sentral mengestimasi potensi pertumbuhan sebesar 0,5%. Kondisi angkatan kerja yang buruk menyumbang perlambatan. Kondisi tenaga kerja begitu terpuruknya, hingga Jepang berencana mendorong peningkatan partisipasi perempuan dan impor tenaga kerja dari luar negeri.