Bisnis.com, NEW DELHI – Nilai defisit transaksi berjalan (current account deficit) India menyempit seiring meningginya tarif impor, memberi ruang kesempatan pemerintahan baru Perdana Menteri Narendra Modi untuk memicu pertumbuhan negara dengan perekoniman terbesar ketiga di dunia.
Defisit transaski berjalan adalah suatu bentuk pengukuran atas aktivitas perdagangan yang dilakukan oleh suatu negara, di mana nilai dari barang dan jasa yang diimpor melampaui nilai barang dan jasa yang diekspor.
Untuk meminimalisasi/menyempitkan nilai defisit transaksi berjalan, sebuah negara harus memperkecil gap ekspor dan impornya.
Data yang dipublikasikan Reserve Bank of India pada Senin (26/5) menunjukkan pada kuartal I/2014, nilai defisit adalah US$1,2 miliar.
Pada kuartal sebelumnya, nilai defisit adalah US$4,2 miliar. Nilai defisit setara dengan 0,2% dari produk domestik bruto (PDB) kuartal tersebut, di saat gap tahun fiskal melemah 1,7% dari 4,7% year-on-year.
Menyempitnya nilai defisit akan mendorong tumbuh optimisnya mata uang India, rupee.Kondisi ini memberi kesempatan pada Modi yang sebelumnya berjanji akan mendorong pertumbuhan India yang tertahan selama 1 dekade terakhir.
Mata uang yang lebih kuat akan membuat impor lebih murah, membantu Modi untuk menggairahkan manufaktur dan ekspor demi pemenuhan janjinya untuk menjadikan perekonomian India lebih kuat, menciptakan lebih banyak lapangan kerja, dan pembangunan jalan.
“Current account deficit India tampaknya terkendali, memberi harapan untuk pemulihan ekspor,” kata ekonom Anand Rathi Financial Service Ltd, Sujan Hajra.
Hajra menyampaikan, pemerintahan baru India akan mampu secara bertahap mengatasi persoalan impor dan India akan menghadapi arus modal masuk yang mengembalikan pertumbuhan.
Rupee jatuh 0,4% menjadi 58,7150 per dolar di Mumbai, Senin kemarin, dengan pergerakan tahun ini sebesar 5,2%, salah satu yang tercepat di dunia.