Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Inil Alasan Putera Sampoerna Kembangkan Institusi Pendidikan

Beberapa tahun terakhir, di Indonesia mulai banyak bermunculan perusahaan, yayasan, maupun konglomerat Tanah Air yang mendirikan sekolah tinggi atau universitas, salah satunya adalah Putera Sampoerna Foundation dengan Universitas Siswa Bangsa Internasional (USBI).
Ilustrasi pendidikan. Yayasan Putera Sampoerna dirikan Universitas Siswa Bangsa Internasional/JIBI
Ilustrasi pendidikan. Yayasan Putera Sampoerna dirikan Universitas Siswa Bangsa Internasional/JIBI

Bisnis.com, JAKARTA--Beberapa tahun terakhir, di Indonesia mulai banyak bermunculan perusahaan, yayasan, maupun konglomerat Tanah Air yang mendirikan sekolah tinggi atau universitas, salah satunya adalah Putera Sampoerna Foundation dengan Universitas Siswa Bangsa Internasional (USBI).

Menurut Managing Director Putera Sampoerna Foundation Nenny Soemawinata mengatakan bahwa latar belakang pendirian institusi pendidikan yang dikembangkannya itu adalah murni pengabdian Putera sampoerna kepada dunia pendidikan di Indonesia alias non profit oriented.

Universitas yang didirikan melalui Yayasan Putera Sampoerna Foundation tersebut adalah murni milik konglomerat Indonesia, Putera Sampoerna, dan tidak ada keterkaitan dengan korporasi rokok PT HM Sampoerna.

"Pak Putera ingin berterimakasih kepada bangsa ini lantaran telah menjadikan dirinya tumbuh dan berkembang hingga menjadi pengusaha sukses seperti sekarang ini," tuturnya, saat berbincang dengan Bisnis melalui sambungan telepon.

Ide untuk membangun institusi pendidikan tersebut telah ada sejak 2003, meskipun baru bisa terlaksana 2009 dengan Sampoerna Academy, yakni institusi pendidikan setingkat Sekolah Menengah Atas bertaraf internasional, yang juga mengakomodasi anak-anak berprestasi dari keluarga kurang mampu.

Kemudian, seiring perjalanan waktu, sebagai bentuk tanggung jawab keberlanjutan siswa-siswi lulusan Sampoerna Academy menuju jenjang berikutnya, Yayasan Putera Sampoerna Foundation mendirikan Universitas Siswa Bangsa Internasional (USBI) pada 2013.

"Kelahiran institusi pendidikan ini pun juga didasari atas masih banyaknya anak-anak Indonesia yang kesulitan mengakses pendidikan, terutama akses kesempatan, lantaran terkendala persoalan materi," ujarnya.

Nenny mengatakan, berdasarkan Education For All Global Monitoring Report 2012 yang dikeluarkan oleh Unesco setiap tahun dan berisi hasil pemantauan pendidikan dunia, dari 120 negara, Education Development Index (EDI) Indonesia berada pada posisi ke-64. Tahun sebelumnya (2011), Indonesia berada di peringkat ke 69 dari 127 negara.

Sementara, berdasarkan data Kementrian Pendidikan Nasional 2010, di Indonesia terdapat lebih dari 1,8 juta anak tiap tahun tidak dapat melanjutkan pendidikan, disebabkan oleh tiga faktor, yaitu ekonomi, kerja usia dini untuk mendukung keluarga dan pernikahan di usia dini.

Sedangkan data Kementerian Pekerjaan Umum, dibutuhkan sekitar 175.000 sarjana teknik setiap tahunnya untuk mengoptimalkan pembangunan di Indonesia. Namun, hingga saat ini Indonesia baru memiliki sekitar 42.000 sarjana teknik setiap tahunnya.

Angka ini membuat pembangunan Indonesia tertinggal cukup jauh dari China dan India yang masing-masing berhasil menghasilkan 764.000 dan 498.000 sarjana teknik setiap tahunnya.

Maka, lanjut Nenny apabila tidak cepat tanggap mengatasi kendala sumber daya manusia di bidang pendidikan tersebut, pembangunan Indonesia akan kalah tertinggal, dan sumber daya manusianya juga akan kalah bersaing dengan tenaga kerja asing, terlebih sebentar lagi ASEAN Economic Community 2015.

Berdasarkan laporan dari Mckinsey (2012) dan laporan dari Boston Consulting Group (Mei 2013), mengungkapkan bahwa di Indonesia sedang terjadi kekurangan keterampilan tenaga kerja sehingga dapat menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi di Indonesia.

Menurutnya kurangnya keterampilan tenaga kerja lokal sering mengakibatkan banyak perusahaan di Indonesia, baik lokal maupun multinasional untuk memilih tenaga kerja asing.

Oleh karena itu, lanjutnya, para calon tenaga kerja Indonesia harus memiliki kualitas keterampilan yang sama dengan kualitas tenaga kerja asing. Dan anak-anak Indonesia sebenarnya potensinya cukup besar, asal diberikan kesempatan.

“Kita masih memerlukan tenaga kerja asing, namun mereka harus bisa dimanfaatkan untuk membantu membangun, melatih dan meningkatkan keterampilan tenaga kerja lokal sehingga kita bisa mengurangi ketergantungan terhadap tenaga kerja asing. Ini untuk menjamin keberlanjutan perkembangan tenaga kerja Indonesia," ujarnya.

Nenny memaparkan, selama ini bentuk kepedulian para pengusaha terhadap dunia pendidikan melalui corporate social responsibility (CSR) atau menyumbang sekolahan dalam kurun waktu selama 1-2 tahun, ternyata output-nya kurang maksimal, sehingga pihaknya memilih untuk mendirikan institusi pendidikan tersebut.

"Jadi point utamanya tetap ada pada pendidikan. Pendidikan yang ingin kita berikan pendidikan bertaraf internasional,” ujarnya.

Menurutnya dari empat fakultas yang sudah ada saat ini, semuanya akan dikerjasamakan dengan universitas luar negeri, dan juga menggunakan pengajar luar negeri di samping pengajar lokal.

Nenny mengaku tidak mengetahui secara persis nilai investasi yang diperlukan untuk mendirikan USBI tersebut dan seberapa besar biaya operasionalnya.

Menurutnya untuk nilai investasi, belum sampai sebesar Rp100 miliar, lantaran gedung yang digunakan USBI masih menyewa dan belum membangun sendiri. Hal itu dilakukan lantaran saat ini USBI juga masih baru merintis, dan proses belajar baru dimulai akhir 2013.

Selain itu, juga melihat kebutuhan sarana dan prasarana untuk 4 fakultasnya saat ini tidak terlalu besar, meskipun dalam waktu ke depan juga ada rencana membangun gedung sendiri.

“Untuk biaya operasional, secara detail tidak tahu pasti, akan tetapi yang pasti dari tahun ke tahun meningkat, seiring bertambahnya anak didik dan kegiatan,” ujarnya


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ismail Fahmi

Topik

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper