Bisnis.com, JAKARTA - Penderitaan berkepanjangan dirasakan oleh anak-anak korban pelecehan seksual atau sodomi. Mereka mengeluh sakit saat buang air besar, belum lagi berbagai penyakit lainnya yang muncul karena ditularkan oleh si pelaku.
Untuk itu, tim medis yang menangani anak-anak korban sodomi ini, sebaiknya terdiri dari dokter anak, dokter bedah, dokter kulit kelamin, dokter kesehatan jiwa (psikiater), dan psikolog.
"Penanganan harus dilakukan secara tim karena dampak yang terjadi pada anak tersebut juga multi-patologi," kata Ari Fahrial Syam, Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Jakarta Raya (PAPDI Jaya), dalam surat elektroniknya Senin (5/5/2014).
Menurut dia, sakit saat BAB merupakan gejala akut akibat perlakuan sodomi kepada anak-anak tersebut.
"Kita tahu bahwa dubur tidak siap untuk menerima masuknya benda dari luar. Jika masuknya benda tersebut dilakukan secara paksa, dan tanpa diberikan lubricant [pelumas], maka akan menyebabkan dinding anus dan bagian poros usus [rektum] rentan luka," ungkap Ari.
Untuk mengetahui keadaan anak, katanya, tentu perlu dievaluasi dan pemeriksaan lebih lanjut oleh tim medis, gangguan apa saja yang telah terjadi pada anak-anak tersebut.
"Apakah telah terjadi luka, atau terjadi robekan. Lanjutan dari perlukaan yang terjadi pada dubur anak-anak tersebut, juga perlu dievaluasi," ujarnya.
Menurut dia, kondisi luka tersebut akan memudahkan tertularnya berbagai infeksi, dari pelaku sodomi tersebut. "Pastinya anak-anak yang disodomi berada pada posisi dipaksa sehingga secara fisik dan psikis tidak siap untuk menerima perlakuan itu," ujarnya.
Berbagai infeksi bisa terjadi pada korban sodomi, jika memang si pelaku sodomi mengalami infeksi.
Pemeriksaan yang lengkap, kata Ari, juga harus dilakukan pada pelaku sodomi. Meliputi pemeriksaan darah dan pemeriksaan fisik, untuk mengetahui penyakit infeksi yang ada, dan kemungkinan penularan pada korban sodomi tersebut.
Berbagai penyakit infeksi karena hubungan seksual yang mudah ditularkan melalui sodomi ini, katanya, antara lain HIV, herpes simplex, hepatitis B, hepatitis C dan human papiloma virus (HPV) perlu diidentifikasi.
Selain itu infeksi bakteri juga perlu diskring pada pelaku tersebut, antara lain meliputi infeksi gonorea, khlamidia, syphilis dan shigelosis.