Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

ADB: Krisis Ukraina Ancam Prospek Asia Tengah

Asia Development Bank (ADB) menyatakan meingkatnya tensi ketegangan politik di Ukraina berisiko mengancam prospek pertumbuhan ekonomi kawasan Kaukasus atau wilayah jajahan Rusia.
Demontrans menerobos garis polisi di kota Kiev/Reuters
Demontrans menerobos garis polisi di kota Kiev/Reuters

Bisnis.com, ASTANA - Asia Development Bank (ADB) menyatakan peningkatan tensi ketegangan politik di Ukraina berisiko mengancam prospek pertumbuhan ekonomi kawasan Kaukasus atau wilayah jajahan Rusia.

Apalagi, kawasan yang terdiri dari Armenia, Azerbaijan, Georgia, Kazakhstan, Kyrgyzstan, Tajikistan, Turkmenistan, dan Uzbekistan tersebut bergantung pada ekspor ke Rusia dan remitansi atau kiriman uang dari buruh migran dari Rusia.

Oleh karena itu, Juzhong Zhuang, Wakil Kepala Ekonom ADB memperkirakan ekonomi Asia Tengah itu bertumbuh 6,5% pada tahun ini.

“Angka tersebut tidak berubah dari pertumbuhan ekonomi tahun lalu dan juga sama dengan proyeksi untuk tahun depan,” ungkapnya di Astana, Jumat (2/5/2014).

Namun, dirinya menekankan cukup penting untuk secepatnya mengatasi krisis Ukraina terlebih dahulu, sebelum akhirnya krisis tersebut semakin memburuk dan merembet ke wilayah terdekat.  

Krisis di Ukraina yang melibatkan Rusia dan sejumlah negara Barat telah memakan korban, yaitu penundaan penerbitan obligasi berdenominasi euro oleh Kazakhstan. Negara jajahan Rusia tersebut terpaksa menunda penerbitan obligasi euro senilai lebih dari US$1 miliar hingga tahun depan akibat ketidakpastian politik.

Kazakhstan yang juga salah satu produsen minyak mentah terbesar di dunia, setelah Rusia akan menelan pil pahit jika Amerika Serikat dan sekutunya memberlakukan sanksi ekonomi. Pasalnya, Rusia merupakan jalur distribusi utama pasokan minyak mentah dari Kazakhstan ke pasar dunia.

Amerika Serikat dan Uni Eropa telah menjatuhkan sanksi ekonomi ke Rusia antara lain pembekuan aset dan larangan perjalanan akibat pencaplokan Krimea oleh Rusia dari Ukraina.

Tetapi, baru-baru ini, gerakan separatisme pro-Rusia kembali menghangat di Ukraina sehingga memaksa negara ‘barat’ untuk menjatuhkan sanksi tambahan. Kali ini, Amerika Serikat dan Uni Eropa akan menyasar sektor-sektor krusial misalnya perbankan dan energi serta individual sehingga diharapkan dapat berhasil mengisolasi ekonomi Rusia.

“Sanksi ekonomi tersebut dapat mempengaruhi pertumbuhan Rusia, pada akhirnya juga bakal mengurangi permintaan ekspor dari negara Asia Tengah,” tambah Zhuang.

ADB mencatat tujuan utama ekspor negara Asia Tengah adalah Rusia antara lain 24% ekspor dari Uzbekistan, 20% untuk ekspor Armenia, 15% dari Kyrgyzstan, dan 7% dari Kazakhstan.  

Lembaga donor internasional lainnya, International Monetary Fund (IMF) memangkas proyeksi ekonomi Rusia tahun ini menjadi 0,2% dari estimasi sebelumnya 1,3%. Perlambatan ekonomi Rusia diprediksi mengurangi aliran remitansi dari buruh migrant di Rusia.   

Tingginya angka remitansi dari Rusia telah mendukung keluarga dan memacu investasi serta konsumsi. Angka remitansi di Tajikistan bahkan berkontribusi 40% dari produk domestik bruto (PDB), 29% di Kyrgyzstan and 15% di Armenia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Fatkhul Maskur
Sumber : Reuters

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper