Bisnis.com, LONDON/HONG KONG—Perusahaan Rusia mulai melirik pasar Asia melalui pembelian obligasi Chian dan Singapura menyusul kembali meningkatnya ketegangan di Ukraina yang memicu dunia Barat mengisolasi Rusia.
Apalagi, kelompok G7 telah mengeluarkan pengumuman sanksi tambahan yang menyasar target individual sehingga para peminjam produktif tersebut bakal mencari pasar baru, salah satunya Asia.
Apalagi, Asia adalah salah satu kawasan yang menunjukkan ketidakberpihakannya terhadap dua kubu yang tengah berkonflik yaitu Rusia dan ‘Barat’.
“Perkembangan di Asia, seperti pasar mata uang yang eksotis antara lain obligasi dimsum dan dollar Singapura. Kita telah melihat beberapa investor Rusia menunjukkan mintanya terhadap pasar tersebut [Asia],” kata Cecile Camilli, Direktur Manajer CEEMEA pasar modal Societe Generale, Rabu (30/4/2014).
Obligasi dimsum merupakan obligasi berdenominasi yuan, tetapi dijual di luar China, kebanyakan di Hong Kong.
Untuk saat ini belum ada kesepakatan yang dihasilkan, tetapi investor Rusia sudah berpikir ke arah tersebut.
Sebut saja bank milik pemerintah Rusia, Sberbank, telah menggelar pameran ‘non-deal’ di Singapura dan Hong Kong untuk memfasilitasi akses keuangan investor Rusia ke perbankan di kedua negara tersebut.
Tidak hanya itu, Gazprom, raksasa gas Rusia, akan mengadakan pertemuan dengan investor Asia minggu mendatang, diikuti dengan penandatanganan kesepakatan perdagangan gas dengan China.
Data Thomson Reuters menunjukkan sejauh ini kepemilikan Rusia terhadap obligasi Asia masih moderat yaitu lebih dari US$1 milliar obligasi yuan dan sisanya adalah obligasi berdenominasi dollar Singapura.