Bisnis.com, BANDUNG— Dinas Perikanan dan Kelautan (Diskanlut) Jawa Barat terus berupaya menggenjot produksi ikan olahan guna menghadapi pasar bebas Asean 2015.
Kepala Diskanlut Jabar Jafar Ismail mengatakan produksi ikan di kawasan ini cukup tinggi.
“Potensi pasar ikan olahan di Jabar cukup tinggi, karena jumlah produksi ikan setiap tahun cukup meningkat,” katanya kepada Bisnis, Rabu (23/4/2014).
Dia menyebutkan saat ini industri pengolahan ikan di kawasan ini belum terintegrasi yang masih tersebar di beberapa daerah seperti di Cirebon dan Indramayu, yang beroperasi sebagai industri pendinginan.
“Sementara itu industri pengolahan ikan masih terpusat di Pelabuhan Ratu. Oleh karena itu, perlu pemerataan industri pengolahan agar kualitas serta kuantitas produksi semakin meningkat,” ujarnya.
Dalam RPJMD 2014-2018, Jabar menargetkan pendirian industri pengolahan ikan mencapai 6 unit. Sehingga diharapkan pendirian industri ini mampu menopang kebutuhan ikan olahan bagi pasar domestik dan ekspor.
“Selama ini juga ekspor ikan olahan harus melalui perusahaan yang sudah memiliki sertifikasi. Karena ikan yang diproduksi harus melalui laboratorium untuk menjaga kualitas agar terjaga keamanan pangannya,” ungkapnya
Oleh karena itu, jelasnya, untuk menghasilkan produksi ikan yang lebih bagus nelayan diberikan program untuk bisa memasok ikan tangkap ke industri pengolahan antara lain tidak menggunakan alat terlarang sehingga menjamin ikan.
Dengan begitu, Jafar menjelaskan ikan olahan di Jabar optimistis bisa berdaya saing dengan impor karena banyak potensi laut yang belum dieksploitasi para nelayan.
“Pada 2013 beberapa kelompok nelayan sudah diberi bantuan kapal. Hal ini dimaksudkan agar nelayan dapat mengekspoitasi potensi laut lebih luas dan baik,” ujarnya.
Di samping itu, katanya, nelayan juga diberikan bantuan conventer untuk menghemat biaya BBM dengan beralih ke gas sampai 30% dari sebelumnya.
Sementara itu, nelayan di Jawa Barat pesimistis mereka bisa menghadapi pasar bebas Asean 2014.
Sekjen Serikat Nelayan Indonesia (SNI) perwakilan Jawa Barat Budi Laksana mengatakan selama ini industri pengolahan belum banyak menyerap produk ikan lokal, sehingga kalah bersaing dengan impor.
Dia mengatakan belum banyaknya serapan produk ikan lokal dipicu persyaratan yang cukup menyulitkan.
"Diperlukan sertifikasi untuk masuk ke industri perikanan, sementara nelayan hingga saat ini belum memilikinya,” jelasnya.
Pihaknya meminta pemerintah memfasilitasi agar nelayan dapat menjual langsung produksi ikan tangkap ke industri pengolahan agar mendongkrak.
"Kondisi ini bisa membuat daya saing produk ikan lokal memiliki daya tawar tinggi dibandingkan impor,” jelasnya.