Bisnis.com, SINGAPURA - Di hotel mewah bercita rasa tinggi yang dibangun pada periode 1924 – 1928 itulah saya berada, Selasa (1/4/2014). Bukan untuk menginap, tetapi untuk menghadiri acara Invest ASEAN 2014 Conference.
Bukan tanpa alasan jika pihak penyelenggara, Maybank Kim Eng, menggelar konferensi investasi negara-negara se-ASEAN itu di Fullerton.
Lokasinya yang strategis di jantung pusat bisnis di Singapura, tepat di hadapan Sungai Singapura dan Marina Bay yang tersohor, pastilah memudahkan para pembicara dan peserta konferensi yang rata-rata adalah pebisnis atau investor dari berbagai negara.
Di hotel yang dirancang oleh arsitek Italia inilah, pada acara Invest ASEAN 2014 Conference yang dihadiri peserta dari berbagai negara di dunia, Indonesia dipuji-puji sebagai negara dengan perkembangan ekonomi menarik, pasar besar, pertumbuhan golongan menengah, dan peningkatan daya beli masyarakat.
Dekan Lee Kuan Yew School of Public Policy dari National University Singapore (NUS) Profesor Kishore Mahbubani berkali-kali mengingatkan betapa pengaruh Indonesia bagi perekonomian negara-negara di Asia Tenggara, termasuk Singapura.
“Bagi ekonomi Singapura, Negara yang paling banyak berkontribusi adalah Indonesia. Jika ekonomi Indonesia tumbuh 1%, kami [Singapura] dapat tumbuh 2%,” ujar Mahbubani.
Di sisi lain, ujar Mahbubani, adanya tokoh baru dalam hajatan politik di Indonesia yang merupakan negara demokrasi terbesar ketiga di dunia, membuat dunia menyorotkan pandangannya ke Asia Tenggara.
“Efek Jokowi membuat dunia sangat tertarik masuk ke Asia Tenggara, terutama Indonesia. Sekarang bergeser dari regional lain ke sini [Asia Tenggara].”
Hal tersebut, ujarnya, setidaknya menjadi nilai tambah bagi kondisi makroekonomi negara-negara Asia Tenggara, seperti nilai tukar dolar terhadap mata uang 11 negara di Asia Tenggara.
Dia menyebutkan ekspektasi pelaku pasar dunia yaitu pesta demokrasi yang berlangsung dapat memberikan efek jangka panjang sehingga berimbas pada perekonomian Asia Tenggara secara keseluruhan.
Oleh karena itu, lanjutnya, bukan hal aneh apabila Singapura memantau segala perkembangan situasi di Indonesia. Tidak berlebihan jika Kishore menyebutkan bahwa dunia, khususnya pasar, memantau perkembangan situasi politik di Indonesia.
Sejak sebulan terakhir, sejumlah surat kabar di Negara tetangga tersebut intens meliput ingar bingar perkembangan proses Pemilihan Umum (Pemilu) yang sedang berlangsung di dalam Negeri.
The Straits Times, salah satu jaringan surat kabar yang dimiliki oleh Singapore Press Holding (SPH), selalu menyediakan satu halaman khusus tentang Pemilu Indonesia tahun 2014 dalam setiap terbitanya sejak satu bulan terakhir.
Satu halaman khusus yang diberi tag-line Indonesia Votes 2014 selalu disediakan oleh surat kabar terbesar dan terlaris di Singapura yang memiliki tingkat keterbacaan mencapai 1,3 juta pembaca tersebut.
Straits Times tidak hanya mengupas partai-partai yang sedang bertarung dalam Pemilu 2014, para calon presiden yang diusung partai-partai itu, melainkan juga para pemilih. Koran ini bahkan juga sempat menampilkan esai foto dua halaman tentang ingar bingar kampanye di Indonesia.
Meskipun tidak seintensif Straits Times, koran khusus ekonomi The Business Time juga beberapa kali meliput Pemilu di Indonesia. Jika Straits Times memiliki halaman khusus, saudaranya sesama jaringan SPH itu justru kerap menampilkan peristiwa Pemilu di Indonesia pada halaman depan.
Misalnya pada hari ini, sehari sebelum pelaksanaan Pemilu Legislatif di Indonesia, Business Times menempatkan berita terkait Pemilu di Indonesia pada halaman muka. Business Times mengupas apatisme yang meningkat dalam proses Pemilu di Indonesia akibat korupsi yang merajalela pada.
Berita itu berdampingan dengan berita rencana kerja sama pembangunan kereta cepat antara Singapura dan Kuala Lumpur, Malaysia, yang disetujui PM kedua Negara, Lee Hsien Loong dan Najib Razak yang menjadi berita utama halaman depan.
Beberapa waktu lalu, Business Times juga menempatkan berita tentang Pemilu di Indonesia – dengan foto slaah satu kandidat calon Presiden Joko Widodo menggunakan baju merah, pada halaman muka.
Masih di hari ini, The Asian Wall Street Journal (Asian WSJ) juga mengupas berita tentang Pemilu di Indonesia. Berita tentang hajatan politik di Indonesia itu dapat ditemukan pada halaman depan, rubrik sisipan World News, serta rubrik sisipan Market koran Wall Street Journal hari ini.
Pada halaman muka serta rubrik sisipan World News, Asian WSJ menyebutkan bahwa Pemilu Legislatif akan menetapkan Indonesia pada babak baru. Surat kabar ini mengupas peluang sejumlah partai dan kandidat calon presiden dalam memenangi Pemilu kali ini.
Adapun pada halaman Market, Asian WSJ mengupas tentang pengaruh pemilu di Indonesia terhadap rally yang terjadi di pasar saham. Surat kabar itu menyebutkan adanya harapan terhadap pemimpin baru dapat mendorong langkah-langkah untuk memperbaiki ketidakseimbangan kondisi fiskal dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
Tentu bukan tanpa alasan media-media di Negara tetangga menyediakan ruang peliputan untuk berita Pemilu di Indonesia.
Editor at Large The Straits Times Han Fook Kwang menuturkan apapun yang terjadi di Indonesia akan berdampak ke Singapura.
“Berdampak ke perdagangan, investasi, juga pariwisata,” ujar Han saat bertemu dengan Bisnis di kantornya di kompleks News Centre di Toa Payoh, Singapura.
Dari sisi investasi, Indonesia merupakan salah satu dari lima besar Negara yang menjadi tempat pemodal Singapura menanamkan uangnya. Berdasarkan data Statistik Pemerintah Singapura, total uang pemodal Negeri itu yang ditanam di Indonesia pada 2012 mencapai S$36,57 miliar. Indonesia merupakan urutan kelima setelah China (S$91,22 miliar), Inggris (S$43,71 miliar), Hong Kong (S$38,78 miliar), dan Australia (S$37,81 miliar).
Adapun bagi Indonesia, Singapura merupakan salah satu negara asal investor dengan nilai investasi terbesar. Sepanjang tahun lalu, investasi Singapura di Indonesia mencapai US$4,7 miliar atau 16,3% dari total investasi luar negeri. Total jumlah uang yang ditanamkan oleh investor Singapura di Indonesia hanya beda tipis dari Jepang yang juga mencapai sekitar US$4,7 miliar atau 16,5% dari total investasi luar negeri.
Dari sisi perdagangan, neraca kedua negara mencapai US$42,26 miliar selama 2013 dengan US$16,68 miliar merupakan ekspor Indonesia ke Singapura dan US$25,58 miliar merupakan ekspor Singapura ke Indonesia.
Han menambahkan, penanganan kasus-kasus tertentu juga menjadi perhatian masyarakat Singapura, misalnya penanganan masalah asap.
“Oleh karena itu, kami [Straits Times] menyediakan halaman khusus tentang Pemilu di Indonesia,” katanya.
Namun, lanjut Han, bagi kebanyakan masyarakat Singapura sebetulnya bukan soal siapa yang akan memenangi hajatan politik di Indonesia.
“Pihak mana pun yang menang, siapa pun yang akan menjadi Presiden, yang penting Indonesia tetap stabil dan melanjutkan hubungan baik dengan Singapura.”