Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perbankan Inggris Belum Pulih dari Krisis

Bank-bank di London kemungkinan masih bergelut dengan banyaknya tutntan dari investor, nasabah, regulator, dan pemerintah.
Kantor Bank of England/e-architect
Kantor Bank of England/e-architect

Bisnis.com, LONDON— Bank-bank di Inggris kemungkinan masih bergelut dengan banyaknya tututan dari investor, nasabah, regulator, dan pemerintah.

Laporan KPMG LLP, sebuah institusi keuangan yang berbasis di London menunjukkan total aset bank-bank di London anjlok hingga 25% menjadi 5,2 triliun pounds atau setara dengan US$8,63 triliun selama lebih dari 5 tahun.Cadangan modal sendiri hanya meningkat menjadi 93 miliar pounds.

Bahkan, semenjak 2008, perbankan London menghabiskan biaya litigasi, denda, dan kompensasi pelanggan sebesar 28,5 miliar pound.

“Kebanyakan komisi perbankan Inggris telah berkontribusi pasca-krisis dan berkomitmen untuk melakukan perubahan struktural,” kata David Sayer, Ketua Perbankan KPMG di London, Senin (7/4/2014).

Menurutnya, pasar dan pemerintah harus memberikan manajemen perbankan waktu untuk melakukan restorasi yang juga akan membantu mengembalikan kepercayaan, kredibilitas dan reputasi bank di Inggris.

Perbankan Inggris, termasuk Barclays Plc dan Royal Bank of Scotland Group Plc (RBS) adalah bank-bank yang tengah memangkas jumlah karyawan.

Hal itu dilakukan untuk mengontrol tingginya biaya menyusul pengetatan regulasi guna mencegah risiko krisis keuangan.

Sebelumnya, Barclays Plc sempat mengungkapkan rencananya untuk mengurangi karyawam sebanyak 12.000 orang setelah profit terjungkal pada kuartal IV/2014.

Lainnya, Royal RBS juga tengah berupaya untuk meningkatkan keuntungan setelah diterpa kerugian 46 miliar pound srlama krisis 2008.

Meskipun begitu, RBS belum mengatakan apapun terkait jumlah karyawan yang akan dikurangi. RBS setidaknya menghabiskan 19 miliar pound untuk memberikan kompensasi asuransi terhadap nasabah.

“Investor juga seharusnya realisitis dengan kondisi yang ada. Mereka [investor] harus menyesuaikan proyeksi terhadap keuntungan pada kondisi pra-krisis saat ini,” tambah Sayer. (Bloomberg)

  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Ismail Fahmi
Sumber : Newswire
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper