Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Protes Pakta Perdagangan Taiwan-China Berlanjut

Sebanyak lebih dari 100.000 pengunjuk rasa di Taipei untuk memprotes kesepakatan perdagangan dengan China.
Peta wilayah China/Reuters
Peta wilayah China/Reuters

Bisnis.com, TAIPEI—Sebanyak lebih dari 100.000 pengunjuk rasa di Taipei untuk memprotes kesepakatan perdagangan dengan China.

Berlanjutnya aksi unjuk rasa tersebut sekaligus semakin menekan rencana Presiden Taiwan Ma Ying-jeou untuk memperbaiki hubungan ekonomi antara China dengan Taiwan melalui pakta perdagangan.

Chen Wie-ting, Pemimpin Aksi Unjuk Rasa Kelompok Pelajar mengatakan dirinya tidak menyangkan akan ada tambahan 350.000 orang yang bergabung dengan aksi mereka.

Kepolisian Nasional Taiwan sendiri memperkirakan terdapat kurang lebih 116.000 demonstran yang mengadakan aksi protes pada pukul 4 p.m waktu lokal. Para pengunjuk rasa berkumpul di depan kantor Presiden, setelah Ma menolak untuk menarik kesepakatan perdagangan dengan China.

Lebih lanjut, perjanjian perdagangan tersebut nantinya akan membuka industri jasa Taiwan dan memperbolehkan pengusaha China untuk berkompetisi di sektor tersebut.

“China tidak menghormati keinginan Taiwan dan kesepakatan perdagangan ini akan membuat China semakin bebas mengontrol negara kami,” ungkap Justin Hsu, pekerja perusahaan yang berasal dari Kaohsiung, sebelah barat Taiwan, di Taipei, Minggu (30/3).

Ratusan pendemo terlibat bentrok dengan polisi pada minggu lalu menyusul aksi penyerbuan ke kantor kabinet Taiwan. Sekada informasi, penyerbuan demonstran ke kantor kabinet adalah pertama kalinya dalam sejarah Taiwan.

Sejumlah ekonom Bank of America mengemukakan aksi unjuk rasa yang berkepanjangan di Taiwan mampu mencederai pertumbuhan ekonomi. Namun, aksi tersebut sekaligus mengindikasikan tumbuhnya sikap skeptisme masyarakat Taiwan terhadap rencana integrasi ekonomi dengan China.

Meskipun kedua negara masih terlibat perang dingin, China merupakan mitra dagang utama Taiwan.

“Aksi tersebut adalah kesempatan bagi kalangan pelajar untuk menunjukkan pendapat mereka terhadap pakta perdagangan dengan China dan rencana Ma yang tidak merefleksikan kepentingan Taiwan,” ucap Bruce Jacobs, Emeritus Professor of Asian Languages and Studies Universitas Monash di Melbourne. (Bloomberg)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Ismail Fahmi
Sumber : Newswire

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper